Prabowo Terpeleset Lidah, Blunder atau Habbit?

, Jurnalis
Kamis 08 November 2018 10:36 WIB
Prabowo Subianto. (Foto : Koran Sindo)
Share :

Barangkali bangsa kita bicara tanpa pikir berbeda orang Amerika pikir sebelum bicara jadi hasilnya baik dan positif. Paling tidak publik mendengar unek-unek Prabowo terbagi dalam : ada yang dengar, cuek, ada yang pura-pura, ada yang tidak suka mendengar. (a) Mendengarkan isi (content listening), adalah memahami dan mengusai pesan pembicara (b). Mendengarkan dengan kritis (critical listening), adalah memahami dan mengevaluasi arti pesan pembicara pada beberapa tingkat seperti; logika, argumen, bukti yang kuat, kesimpulan yang valid, isi pesan, maksud dan motif pembicara. (c). Mendengarkan dengan empati (emphatic listening), adalah memahami perasaan, kebutuhan.

Berikut kutipan dari seorang filsuf terkenal Plato : "Wise man speak because they have somerhing to say; Fools because they have something" atau (Orang bicara karena asa sesuatu yang dikatakan; orang bodoh berbicara karena mereka harus mengatakan sesuatu). Mark Twain pernah berujar : If you have nothing to say, say nothing (Jika kamu tidak memiliki apapun untuk dikatakan, jangan katakan apapun) karena akan berbahaya bagi listener atau pendengar.

Sementara, Morley (1984: 7) berpendapat bahwa dalam komunikasi sehari-hari, kegiatan menyimak mencapai 50 persen, berbicara 25 persen, membaca 15 persen, dan menulis 10 persen. Dengan demikian mendengarkan atau menyimak mendominasi kegiatan berbahasa yang lain.

Bagaimana kalau mereka mendengar kata-kata bukan mendorong, menguatkan bahkan membangun. Justru memojokan. Gunakanlah semboyan perusahaan ternama Amerika M3 dan Ford : We Hear You and We Listen Better.

Mengutip pernyataan Prabowo saat menghadiri Deklarasi Emak-Emak Binangkit relawan Prabowo-Sandi di Pendopo Inna Heritage Hotel Denpasar, Bali, Jumat (19/10/2018), "73 tahun merdeka yang kaya semakin sedikit dan segelintir orang saja," tutur dia. Bahkan dikatakannya sisa yakni 99 % justru mengalami hidup pas-pasan bahkan mengalami kesulitan.

Hal ini it's not beyond belief (tidak masuk akal) datanya darimana? Semua kan mengacu dan merujuk pada validitas data yang ada bukan "asal ngomong". Memang membuat kalangan bingung dengan sejumlah point of view atau sudut pandangannya.

Oleh Jerry Massie

Peneliti dan Pengamat Politik Indonesian Public Institute

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya