Kisah Antropolog yang Berhasil 'Bertemu' Suku Terasing yang Tewaskan Misionaris Muda Amerika

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 27 November 2018 17:02 WIB
Foto yang memperlihatkan Pandit memberikan hadiah kepada anggota suku di Sentinel pada 1991. (Foto: TN Pandit)
Share :

Meskipun tak banyak membuahkan hasil, mereka meninggalkan hadiah di akhir kunjungan dengan harapan dapat membangun hubungan dengan komunitas misterius tersebut.

Terkadang, hadiah itu diperlakukan berbeda. Misalnya saat mereka diberi hadiah seekor babi yang masih hidup -dalam keadaan terikat, mereka langsung menombaknya dan mengubur bangkainya di pasir.

Membuka kontak

Setelah beberapa kali melakukan ekspedisi untuk mencoba menjalin kontak dengan mereka, akhirnya mereka mendapat hasilnya pada 1991 ketika suku tersebut secara damai beranjak dari pulau dan mendekati rombongan Pandit yang masih berada di perairan.

"Kami bingung mengapa mereka mengizinkan kami," ungkapnya. "Itu keputusan mereka sendiri untuk menemui kami dan pertemuan itu bisa terjadi dalam ketentuan yang mereka syaratkan."

"Kami turun dari perahu dan berdiri di dalam air setinggi leher, lalu membagikan kelapa dan hadiah lainnya. Tapi kami tidak diizinkan untuk melangkah ke pulau mereka."

Pandit mengatakan dia tidak terlalu khawatir kemungkinan diserang, tetapi dia mengaku selalu berhati-hati saat berada di dekatnya.

Dia mengatakan anggota tim mencoba berkomunikasi dalam bahasa isyarat, tetapi tidak berhasil karena orang-orang Sentinel itu sebagian besar sibuk dengan hadiah yang diterimanya.

"Mereka berbicara di antara mereka sendiri, tetapi kami tidak bisa memahami bahasanya. Kedengarannya mirip dengan bahasa yang diucapkan oleh kelompok suku lainnya di wilayah itu," kata Pandit.

Awalnya orang-orang Sentinel bersembunyi di hutan saat ada orang asing tiba, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mereka menghadapi orang-orang yang memasuki pulau mereka dengan melepaskan anak panah.

Disebutkan Pandit, selama perjalanan ke pulau itu para antropolog membawa berbagai barang yang dimaksudkan sebagai 'oleh-oleh,' untuk memudahkan interaksi dengan suku terasing itu.

"Kami membawa hadiah panci dan wajan, buah kelapa, alat-alat seperti palu dan parang panjang. Kami juga membawa serta orang Onge (suku adat lain di kepulauan Andaman) untuk membantu kami 'menafsirkan' percakapan dan perilaku orang-orang Sentinel," ujar Pandit, mengenang kunjungannya itu.

"Namun orang-orang Sentinel menghadapi kami dengan raut wajah marah dan garang, serta bersenjata lengkap seperti busur dan panah panjang, semuanya dalam keadaan siaga mempertahankan wilayah mereka," paparnya.

Meskipun tak banyak membuahkan hasil, mereka meninggalkan hadiah di akhir kunjungan dengan harapan dapat membangun hubungan dengan komunitas misterius tersebut.

Terkadang, hadiah itu diperlakukan berbeda. Misalnya saat mereka diberi hadiah seekor babi yang masih hidup -dalam keadaan terikat, mereka langsung menombaknya dan mengubur bangkainya di pasir.

Membuka kontak

Setelah beberapa kali melakukan ekspedisi untuk mencoba menjalin kontak dengan mereka, akhirnya mereka mendapat hasilnya pada 1991 ketika suku tersebut secara damai beranjak dari pulau dan mendekati rombongan Pandit yang masih berada di perairan.

"Kami bingung mengapa mereka mengizinkan kami," ungkapnya. "Itu keputusan mereka sendiri untuk menemui kami dan pertemuan itu bisa terjadi dalam ketentuan yang mereka syaratkan."

"Kami turun dari perahu dan berdiri di dalam air setinggi leher, lalu membagikan kelapa dan hadiah lainnya. Tapi kami tidak diizinkan untuk melangkah ke pulau mereka."

Pandit mengatakan dia tidak terlalu khawatir kemungkinan diserang, tetapi dia mengaku selalu berhati-hati saat berada di dekatnya.

Dia mengatakan anggota tim mencoba berkomunikasi dalam bahasa isyarat, tetapi tidak berhasil karena orang-orang Sentinel itu sebagian besar sibuk dengan hadiah yang diterimanya.

"Mereka berbicara di antara mereka sendiri, tetapi kami tidak bisa memahami bahasanya. Kedengarannya mirip dengan bahasa yang diucapkan oleh kelompok suku lainnya di wilayah itu," kata Pandit.

'Tidak diterima'

Dalam satu kali tatap muka yang mengesankan selama di perjalanan, seorang anggota suku Sentinel yang masih muda sempat mengancamnya.

"Ketika saya membagikan kelapa, saya sedikit terpisah dari anggota tim dan saya ternyata bergerak mendekati pantai," katanya kepada BBC.

"Seorang pemuda suku Sentinel menyeringai, menghunus pisaunya dan memberi isyarat kepada saya bahwa dia akan memotong kepala saya. Saya segera berbalik naik perahu dan kami bergegas pergi."

"Bahasa tubuh anak laki-laki itu sangatlah penting. Dia menjelaskannya bahwa saya tidak diterima."

Sejak saat itulah, Pemerintah India melarang melakukan ekspedisi dengan pemberian hadiah, dan bahkan orang asing dilarang mendekati pulau itu.

Karena orang-orang Sentinel itu sepenuhnya terisolasi dari dunia luar -selama puluhan ribu tahun- maka cenderung tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit seperti flu dan campak. Karenanya mereka beresiko terpapar penyakit yang dibawa orang luar, yang sedikit saja bisa berakibat mematikan bagi mereka.

Pandit mengatakan anggota ekspedisinya harus mengikuti prosedur ketat agar tidak menularkan penyakit menular. Hanya mereka yang sehat diizinkan melakukan perjalanan ke Sentinel Utara.

Para pejabat India mengatakan warga Amerika Serikat John Allen Chau, yang terbunuh pada pekan lalu, tidak mengantongi izin resmi saat melakukan perjalanannya.

Dia malah dikatakan telah membayar nelayan lokal 25.000 rupee untuk membawanya ke pulau tersebut secara ilegal dengan harapan dapat mengubah keyakinan suku terasing itu menjadi penganut Kristen.

Saat ini sedang diupayakan untuk mencoba dan mengevakuasi jasad warga AS itu. Menurut Pandit, hal itu mungkin dilakukan dengan pendekatan yang dilakukan oleh otoritas India.

Walaupun pengalamannya melakukan pertukaran dengan orang-orang Sentinel nyaris diwarnai ketegangan, Pandit secara tegas menolak label bahwa mereka memiliki sikap bermusuhan.

"Itu cara yang salah dalam melihatnya. Justru kita adalah penjajah di sini," katanya kepada Indian Express. "Kita adalah orang-orang yang mencoba memasuki wilayah mereka."

"Orang-orang Sentinel adalah orang-orang yang cinta damai. Mereka tidak berusaha menyerang orang. Mereka tidak mengunjungi daerah-daerah terdekat dan menimbulkan masalah. Ini adalah insiden langka," katanya kepada BBC.

Pandit mengatakan dirinya mendukung pembentukan kembali misi pemberian hadiah dengan pendekatan yang ramah dengan suku tersebut, tetapi mengatakan mereka tidak boleh diganggu.

"Kita harus menghormati keinginan mereka untuk dibiarkan hidup sendiri," katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya