Direbutnya lagi kota-kota penting
Kemajuan awal dalam kampanye koalisi pimpinan AS terhadap ISIS antara lain direbutnya kembali Kota Ramadi, ibu kota provinsi Anbar di Irak, oleh pasukan pro-pemerintah Irak pada Desember 2015.
Direbutnya kembali Mosul, kota terbesar kedua Irak pada Juli 2017 dilihat sebagai terobosan besar bagi koalisi, tetapi pertempuran 10 bulan untuk merebut kota itu menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan lebih dari 800.000 lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka di kota itu.
Pada Oktober 2017, Kota Raqqa, yang oleh ISIS disebut 'ibukota kekhalifahan,' jatuh ke tangan SDF dengan dukungan serangan udara koalisi, mengakhiri tiga tahun pemerintahan ISIS di kota itu.
Setelah empat bulan pertempuran, ribuan tentara ISIS diizinkan meninggalkan kota itu di bawah kesepakatan dengan para pejabat Suriah, tetapi dengan pengetahuan Pasukan Demokratis Suriah, sebuah aliansi pejuang Kurdi dan Arab serta koalisi pimpinan AS.
Bulan berikutnya, tentara Suriah menguasai lagi Kota Deir al-Zour, dan pasukan Irak merebut kembali Kota al-Qaim yang terletak di perbatasan.
Ribuan orang terbunuh
Belum ada angka yang pasti untuk jumlah yang tepat dari korban perang menumpas ISIS.
The Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau HAM yang berbasis di Inggris, mencatat bahwa sejak perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011, setidaknya 364.792 orang tewas, termasuk 110.687 warga sipil.
Sementara PBB mencatat setidaknya 30.839 warga sipil tewas dalam aksi terorisme, kekerasan dan konflik bersenjata sejak 2014.
Namun, Irak Body Count, sebuah organisasi yang dikelola oleh para akademisi dan aktivis perdamaian, mencatat bahwa jumlah korban sipil lebih dari 70.000 orang.
Bagaimana IS muncul dan menyebar
Para jihadis mengeksploitasi kekacauan dan perpecahan di dalam negeri Suriah dan Irak.
ISIS awalnya merupakan pecahan al-Qaeda di Irak, dibentuk oleh militan Arab Sunni setelah invasi pimpinan AS pada 2003, dan menjadi kekuatan utama dalam pemberontakan di negara itu.