Pemandangan wanita-wanita berhijab dan pria berpeci di kediaman Pendeta Eka Laksa saat perayaan Natal memang hal yang lumrah. Prima mengatakan sudah belasan tahun hal tersebut diamalkan warga Bangetayu. Mereka tidak mempersoalkan agama yang dianut berbeda, namun laku persaudaraan yang mereka pilih untuk dikedepankan.
"Saat halal bihalal setelah Idul Fitri, kami kebingungan tempat untuk ngumpul, akhirnya Pak Dhe (pendeta Eka Laksa) menawarkan kediamannya. Ya OK saja," tukasnya.
Baca: 7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, dari Bakar Batu hingga Wayangan
Baca: Pesan Natal Paus Fransiskus : Ingatlah Kaum Miskin dan Hindari Materialisme
Karena pengertian yang lahir dari persaudaraan itulah, mereka membantu hanya dalam acara silaturahmi bukan saat upacara keagamaan. Hal tersebut juga tampak di kediaman Romo Mgr Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang. Sejumlah pemuda datang dari berbagai daerah, mereka diajak Romo Rubiyatmoko menyambut kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta Forkopimda dan FKUB.
"Tadi ada puluhan anak dari Yogyakarta bermain biola dan pemuda-pemuda dari Flores menyanyikan lagu O Bela, yang berarti lagu sambutan untuk tamu-tamu agung," kata Ria Qwinta, salah satu penanggung jawab acara seni perayaan Natal di Keuskupan Agung Semarang.