Dari pemaparan kasus di atas, dapat diambil pelajaran penting bahwa probalitas incambent memenangkan kontestasi elektoral pilpres 2019 masih sangat besar, dengan catatan tetap fokus pada kinerja dan kerja nyata dan tidak terpancing untuk memberikan respon dan bersikap reaktif berlebihan merespon/menyikapi isu yang sengaja didesain dan digoreng team lawan politik.
Oleh karena itu, kata Pangi sikap reaktif berlebihan ini justru akan mengalihkan fokus pemerintah yang pada akhirnya membuat performa pemerintah menurun. “Saya tidak tahu, apakah tim Jokowi sadar atau tidak? Jika situasi ini terus dibiarkan terjadi tentu akan menjadi keuntungan bagi sang penantang di tengah miskinnya narasi kampanye sebagai alternatif yang ditawarkan kepada publik.”
Padahal banyak kepemilikan isu yang dibahas seperti ketimpangan sosial, keadilan, penegakan hukum, mengurangi kemiskinan, isu pembangunan, isu kesehatan, memberdayakan kelas menengah ke bawah.
“Apakah karena Prabowo kehabisan energi menembak isu di atas sehingga mulai bergeser masuk ke isu yang memantik emosional publik. Coba pak Prabowo menanyakan bagaimana cara Pak Jokowi menjaga dan menegakkan keadilan serta hukum?” tutur Pangi.
Dalam pendekatan politik identitas, capres dan cawapres menyajikan narasi yang dangkal, sehingga memakai jalan pintas melupakan perbedatan soal adu program, ide dan adu gagasan.