Para Manula Jepang Memilih Masuk Penjara Berulang Kali

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 05 Februari 2019 15:59 WIB
Para manula Jepang di penjara. Foto/Bloomberg
Share :

Dan seperti Toshio, kebanyakan pelanggar hukum manula telah berulang kali melakukannya. Dari 2.500 orang di atas 65 tahun yang dihukum pada 2016, sepertiganya telah dihukum lebih dari lima kali.

Contoh lainnya adalah Keiko (bukan nama aslinya). Berusia 70 tahun, bertubuh kecil, berpenampilan rapi, Keiko juga beralasan bahwa kemiskinan adalah pendorongnya dalam melakukan kejahatan.

"Hubungan saya tidak baik dengan suami saya. Saya tidak mempunyai tempat tinggal dan hidup. Sehingga satu-satunya pilihan saya adalah mencuri," kata perempuan itu.

"Bahkan perempuan umur 80-an yang tidak lagi bisa berjalan dengan normal melakukan kejahatan. Ini karena mereka tidak bisa makan, tidak mempunyai uang."

Beberapa bulan lalu kami berbicara dengan seorang mantan tahanan di tempat tinggalnya. Saya diberitahu bahwa sejak saat itu dia ditangkap kembali dan sekarang dibui karena mencuri.

Pencurian, terutama pencurian di toko, adalah kejahatan terbesar yang dilakukan manula. Pada umumnya mereka mencuri makanan senilai kurang dari 3.000 yen atau Rp382.000 dari toko langganannya.

Michael Newman, ahli demografi kelahiran Australia di pusat penelitian di Tokyo, Custom Products Research Group, menegaskan dana pensiun pokok dari pemerintah yang diterima "sangat kecil" sulit untuk menopang kehidupan.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2016, dia menghitung bahwa biaya sewa, makanan dan layanan kesehatan saja sudah membuat orang berutang jika mereka tidak memiliki pendapatan lain - dan itu belum termasuk biaya pemanas dan pakaian.

Pada masa lalu adalah sebuah tradisi bagi anak-anak untuk menopang orang tua mereka, tetapi di luar kota karena kelangkaan lapangan kerja maka banyak anak muda pindah, meninggalkan orang tua mereka untuk memperjuangkan hidup mereka sendiri.

"Para pensiunan tidak ingin membebani anak-anak mereka dan mereka jika tidak bisa bertahan dengan dana pensiun maka satu-satunya cara untuk tidak menjadi beban adalah menjebloskan diri ke penjara," katanya.

Berulang kali melakukan kejahatan adalah cara "untuk kembali dipenjara" di mana mereka diberikan makanan tiga kali sehari dan tidak ada tagihan yang harus dibayar, katanya.

Newman menekankan bunuh diri juga menjadi semakin umum dilakukan manula - cara lain bagi mereka untuk melakukan apa yang dipandang sebagai "kewajiban mereka untuk mundur".

Direktur "With Hiroshima", pusat rehabilitasi tempat saya bertemu Toshio Takata juga memandang perubahan yang terjadi pada keluarga Jepang berpengaruh, tetapi dia menekankan akibat kejiwaannya, bukannya keuangan.

"Pada akhirnya hubungan antar manusia telah berubah. Orang semakin terasing. Mereka tidak menemukan tempat di masyarakat ini. Mereka tidak bisa mengatasi kesepian," kata Kanichi Yamada, 85 tahun, yang ketika kanak-kanak diselamatkan dari puing-puing rumahnya ketika Hiroshima dibom atom.

"Di antara para manula yang melakukan kejahatan, mereka mengalami ini pada pertengahan umurnya. Ada sejumlah pemicu. Mereka kehilangan istri atau anak dan tidak bisa menghadapinya... Biasanya orang tidak melakukan kejahatan jika ada orang yang merawatnya dan memberikan dukungan."

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya