Dedek pun menyoroti merosotnya pertumbuhan ekonomi setelah berakhirnya "commodity boom" yang berdampak naiknya harga minyak sawit dan batu bara.
"Setelah commodity boom selesai, seperti tidak ada langkah antisipasi yang berarti sehingga pertumbuhan ekonomi kita terus merosot. Apabila merosot sampai tiga persen, kita diambang resesi. Di tangan Pak Jokowi, pelan-pelan trend pertumbuhan meningkat lagi padahal trend pertumbuhan dunia sedang merosot," kata Dedek.
Dia juga menyoroti meroketnya ketimpangan di era pemerintahan SBY yang kini sudah menurun. "Jadi pertumbuhan kita yang sekitar enam persen itu bukan pertumbuhan berkualitas karena menyebabkan naiknya ketimpangan," ujarnya.
Dalam catatan BPS, ketimpangan meningkat paling tajam di era SBY sejak bergulirnya era reformasi, yakni dari 0,33 pada 2004 menjadi 0,41 pada 2014. "Nah, ketimpangan inilah yang kini sedang dibenahi pak Jokowi dan beliau sukses menurunkan ketimpangan menjadi 0,38 hari ini," kata Dedek.
(Angkasa Yudhistira)