Suhardi menjelaskan, saat ini kelompok radikal telah mengubah strategi perekrutan pendukung aksinya. Media sosial, tambah dia, digunakan untuk melakukan perekrutan, indoktrinasi, propaganda, dan transfer ideologi.
“Strategi ini merupakan alternatif yang mudah bagi kelompok radikal untuk menyebarkan pengaruh secara lintas batas,” jelas pria berpangkat bintang tiga ini.
Baca juga: Dikawal Ketat Petugas, Napi Teroris Asal Bima Bebas dari Lapas Pekanbaru
Suhardi menguraikan, jaringan teroris radikal di Indonesia sangat dipengaruhi dinamika dan perkembangan jaringan teroris global, terutama dari kawasan Timur Tengah. Tidak mengherankan, jaringan teroris radikal di Indonesia ada yang bergabung dengan ISIS.
Apalagi, pengaruh ISIS di kawasan Asia secara signifikan ada di tiga negara yaitu Indonesia, Filipina dan Malaysia. “Inilah saatnya bagi Indonesia dan Mesir untuk membangun kerangka kerja sama dalam melawan terorisme dan terorisme berbasis kekerasan,” tandas Suhardi.