JAKARTA - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa(PKB) Lukman Edy menilai wacana "berlebaran" di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang disuarakan capres 02 Prabowo Subianto, merupakan istilah lain dari wisata Al Maidah pada Pilkada DKI 2017 dimana adanya suatu kelompok pendukung yang melakukan intimidasi demi menghalalkan segala cara untuk menang.
Acara berlebaran yang dikemukakan Prabowo, menurut Edy, bukan merupakan acara silaturahmi layaknya lebaran yang biasa dilakukan melainkan kumpulan pendukung 02 untuk cenderung mengintimidasi para pendukung paslon 01.
Baca Juga: Jelang Debat Keempat, Pengamat: Diplomasi Kita Lemah dan Perlu Ditingkatkan Lagi
"Narasi berlebaran di TPS yang dikemukakan Prabowo menurut kami adalah sebuah bentuk kecenderungan untuk melakukan intimdasi dengan gaya baru," ujar Edy dalam siaran persnya, Sabtu (30/3/2019).
Hal ini, kata dia, tentu mengingatkan kita semua pada memori Orde Baru dimana intimidasi dan tekanan kepada publik agar memenangkan Soeharto untuk terus terpilih menjadi Presiden.
"Kami melihat hal ini sebagai bentuk respon atas Rabu Putih yang dikemukakan Paslon 01 Jokowi-Ma'ruf dimana pihak oposisi cenderung mengambil sikap resisten dan membuka kemungkinan para pendukungnya untuk mengintimidasi calon pemilih di TPS." ujar Wakil Direktur Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin tersebut.
Seperti ramai diwartakan, Prabowo meminta para pendukungnya 'berlebaran' di TPS pada 17 April mendatang. Hal itu dia sampaikan saat berkampanye di Lapangan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat, Jumat (29/3). Prabowo meminta para pendukungnya juga membawa lontong, ketupat, sarung dan tikar.
Baca Juga: Pengamanan Debat Pilpres di Hotel Shangri-La Dibagi 4 Ring
Anggota Bawaslu Mochammad Afif mengingatkan semua pihak untuk tidak mengintimidasi dan mobilisasi massa di TPS saat 17 April nanti.
"Yang tidak boleh kalau ada intimidasi dan mobilisasi. Kita nggak tahu praktiknya nanti seperti apa," kata Afif kepada wartawan.
(Fiddy Anggriawan )