Murtado Jago Silat Betawi Si Macan Kemayoran

Rachmat Fahzry, Jurnalis
Jum'at 07 Juni 2019 13:14 WIB
Ilustrasi Foto/Okezone
Share :

Setiap malam mereka menggarong dan merampas harta benda penduduk. Kadang-kadang juga melakukan pembunuhan.

Menghadapi hal itu Bek Lihun kewalahan. Ia juga selalu ditegur Kompeni, karena dianggap tidak becus menjada keamanan di kampungnya, sehingga pajak dan pungutan lainnya tidak berjalan dengan lancar.

Bek Lihun akhirnya meminta bantuan Murtado. Murtado yang menyadari tanggung jawabnya atas keamanan di kampungnya itu, akhirnya menyetujui permohonan Bek Lihun.

Bersama dua orang temannya yang bernma Saomin dan Sarpin, dicarinyalah markas perampok-perampok itu di daerah Tambun dan Bekasi. Tetapi mereka tidak menemukannya.

Kemudian mereka pergi ke daerah Karawang. Di sana baru dijumpainyalah gerombolan Warsa yang telah siap-siap menanti kedatangan mereka. Maka, terjadilah pertarungan yang sengit dan gagah berani. Gerombolan Warsa akhirnya dapat dikalahkan dan Warsa sendiri mati dalam perkelahian itu.

Oleh Murtado dan teman-temannya semua hasil rampokan gerombolan itu kemudian diambil dan dibawanya kembali ke Kemayoran. Di Kemayoran semua hasil jarahan itu dikembalikan lagi kepada pemiliknya.

Atas kejadian itu semua warga di daerah Kemayoran merasa berutang budi kepada Murtado dan berterima kasih kepadanya. Demikian pula penguasa Kompeni Belanda.

Atas jasa-jasanya itu Belanda ingin mengankatnya menjadi Bek di daerah Kemayoran menggantikan Bek Lihun. Tetapi tawaran Belanda itu ditolak Murtado, karena ia tidak ingin menjadi alat kekuasaan penjajah.

Ia memilih lebih baik hidup sebgai rakyat biasa dan ikut bertanggung jawab atas keamanan rakyat seta berusaha membebaskan rakyat dari belenggu penjajah dan kemiskinan.

Murtado meninggal pada tahun 1959 di Kebon Sirih, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

(Rachmat Fahzry)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya