SEMARANG - Rofik Asharudin (22) tersangka teror bom bunuh diri yang menyasar Pos Pengamanan (Pospam) Lebaran di Tugu Kartosuro, Sukoharjo, diyakini tak beraksi sendiri. Pelaku sengaja dibentuk melalui proses doktrin untuk menjadi bomber dengan melakukan amaliyah.
"Kalau saya mengatakan tidak (lone wolf/beraksi sendiri) tidak sesederhana itu. Orang tidak melakukan lone wolf dengan gegap gempita seperti itu, tentu ada indoktrinasi yang sampai pada proses amaliyah," jelas peneliti terorisme, Najahan Musyafak kepada Okezone, Sabtu (8/6/2019).
Pengamat gerakan terorisme, Fathali M. Moghaddam, menyebutkan terdapat beberapa tahapan yang dilalui oleh orang atau kelompok radikal Islam sebelum bermetaformosis menjadi teroris. Berawal dari kekecewaan karena merasa sebagai kelompok teraniaya, mereka pada akhirnya memutuskan amaliyah berupa aksi bom bunuh diri sebagai jalan jihad.
"Kalau saya kutip teorinya Moghaddam itu ada lima tahapan. Nah lima ini sudah sampai tahapan ke-5 sudah terakhir, amaliyah itu terakhir," beber dosen Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang itu.
"Yang pertama itu dari sisi kekecewaan, kemudian dari sisi indoktrinasi, aktualisasi, kemudian kesiapan, dan baru amaliyah. Ini kan melalui proses-proses yang tidak bisa dijalani dalam waktu satu bulan. Untuk bisa meyakinkan itu butuh waktu proses agak panjang, apakah setahun atau berapa," terangnya lagi.