Menurut Hariyadi, bergabung ke pemerintahan dan mendapat jatah kursi menteri lebih rasional bagi Gerindra.
Meskipun berpotensi ditinggalkan kelompok penyokong seperti Persaudaraan Alumni 212, Gerindra dianggap tidak bakal goyang karena massa itu bukan konstituen murni mereka.
"Kalau Gerindra masuk kekuasaan, mereka akan lebih mudah menyiapkan diri dalam kontestasi 2024, dengan memanfaatkan instrumen kebijakan pemerintah."
"Walau akan ada pengaruh, suara kelompok seperti itu tidak signifikan karena mereka secara ideologis lebih dekat ke PKS. Kalau akhirnya Gerindra menjadi oposisi, itu karena terpaksa. Itu bukan sesuatu yang diinginkan secara politik, termasuk oleh PKS. Partai masih oligarki, biaya politiknya sangat tinggi," imbuhnya.
Seiring konstelasi oposisi-koalisi yang masih cair dan terus bergulir, rencana penetapan presiden terpilih masih akan dibahas oleh KPU. Sebagai pemenang pilpres, Jokowi akan dilantik untuk kedua kalinya menjadi presiden, Oktober nanti.
(Angkasa Yudhistira)