SEOUL - Polisi Korea Selatan, Senin (22/7/2019) menahan tujuh orang karena menerobos masuk konsulat Jepang di Korea Selatan dan mengadakan demonstrasi anti-Jepang.
Mengutip AP News, Senin (22/7/2019) insiden itu terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Jepang di Korea Selatan ketika kedua negara berselisih di dunia perdagangan dan politik.
Jumat lalu, seorang pria Korea Selatan berusia 78 tahun tewas setelah membakar dirinya di dekat Kedutaan Besar Jepang di Seoul.
Para penerobos—enam pria dan wanita—itu diberikan izin sementara untuk memasuki konsulat Jepang di kota Busan. Mereka mengatakan kepada staf bahwa mereka akan mengunjungi perpustakaan di dalam gedung, menurut petugas kepolisian Busan.
Baca juga: Perompak Serang Kapal Kargo Korea Selatan Dekat Selat Singapura
Baca juga: Terciduk Rekam Wanita Tanpa Izin, Pembawa Berita Korea Selatan Mengundurkan Diri
Mereka awalnya tinggal di perpustakaan, tapi mereka tiba-tiba lari ke halaman konsulat, meneriakkan bahwa "Jepang harus meminta maaf" dan memegang plakat yang mengkritik keputusan Jepang baruyang memperketat kontrol ekspornya atas beberapa bahan berteknologi tinggi.
Tidak ada kekerasan atau bentrokan yang dilaporkan. Namun polisi menahan keenam orang tersebut karena melanggar izin. Polisi tidak mengerluarkan identitas penerobos karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media mengenai masalah tersebut.
Sementara keenam orang itu ditahan, para aktivis mengadakan demonstrasi anti-Jepang di luar konsulat. Tidak diketahui apakah keenam orang itu terhubung dengan para pemrotes itu, kata polisi.
Korea Selatan dan Jepang adalah sekutu utama AS di Asia yang terkait erat satu sama lain secara ekonomi dan budaya. Namun mereka sering terlibat dalam perselisihan historis dan wilayah yang bermula dari pendudukan kolonial Jepang 1910-1945.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan kontrol perdagangan Jepang adalah pembalasan atas putusan pengadilan setempat yang memerintahkan perusahaan Jepang untuk membayar kompensasi kepada mantan pekerja paksa Korea selama masa kolonial.
Jepang membantah bahwa kontrol ekspor diperkuat imbas kekhawatiran keamanan nasional.
(Rachmat Fahzry)