Sementara Ketua Poktan Lembur Sawah Desa Kertajaya, Acep menuturkan di lahannya seluas 50 hektar telah dipanen kedelai varietas Anjasmoro. Menurutnya, bercocok tanam kedelai lebih menguntungkan dibandingkan dengan bertanam padi karena lahan di sana umumnya berupa sawah tadah hujan yang ada di perbukitan. Kalapun berhasil tanam padi, provitasnya masih rendah, yaitu di kisaran tiga hingga empat ton per hektar.
“Sudah gitu tanaman padi biayanya juga tidak sedikit, soalnya kami harus mengeluarkan biaya untuk olah tanah. Sedangkan kalau kedelai kan kami tidak perlu itu, cukup dibersihkan saja kemudian langsung ditugal,” tuturnya.
Acep menekankan budidaya kedelai tentunya juga tidak terlalu membutuhkan banyak air seperti padi. Kondisi tersebut membuat petani di Desa Kertareja dapat bercocok tanam kedelai selama dua kali setahun, sedangkan padi satu kali setahun.
“Pengalaman tahun lalu provitas kedelai mencapai 1,6 ton per hektar, dan masih sama sekitaran segitu angkanya untuk tahun ini. Dari jumlah itu yang 1,2 ton nya kami jadikan calon benih, sedangkan sisanya 400 Kg kita jual untuk konsumsi,” cetusnya.
Acep menambahkan, pasca panen, harga jual kedelai konsumsi sangat baik saat ini, yaitu berada di kisaran Rp7.000 hingga Rp7.250 per Kg. Sedangkan apabila hasil panen kedelai dikelola menjadi benih, nilai jual di kisaran Rp8.500 per kg.