Pria ini satu dari puluhan anggota klub kesenian sarapal anam di daerah-nya. Klub Sarafal Anam atau group Berdikir di kalangan masyarakat suku Lembak tetap dilestarikan secara turun menurun.
Di mana kearifan lokal sarafal anam tersebut dapat dijadikan kekuatan dalam membendung hoak dan disrupsi informasi di lingkungan masyarakat di Kota Bengkulu dan sekitarnya.
Sebab, kesenian sarafal anam tidak hanya dimainkan ketika acara tertentu dalam suku Lembak. Namun, kesenian yang menggunakan alat musik pukul gendang ini memiliki jadwal latihan setiap minggu.
Latihan itu di gelar klub kesenian sarafal anam. Klub sarafal anam persatuan muda sepakat (PMS), kelurahan Panorama dan klub persatuan pemuda sepakat (PPS) kelurahan Dusun Besar kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu.
Jadwal latihan setiap minggu di helat pada Senin malam. Ba'da salat Isya atau setelah salat Isya, tepatnya. Seperti, klub sarafal anam persatuan muda sepakat (PMS) kelurahan Panorama kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu.
Latihan itu digelar di rumah anggota yang tergabung dalam group sarafal anam, secara bergantian. Dari pertemuan dalam setiap latihan tersebut masyarakat suku Lembak menjalin silaturahmi.
Berangkat dari silaturahmi itu anggota klub saling bertukar informasi di lingkungan masing-masing. Baik di tingkat RT maupun RW di wilayah masing-masing.
Tidak hanya itu, dari latihan sarapal anam yang melibatkan tidak kurang dari puluhan masyarakat suku lembak, tentu mampu mendeteksi masuknya paham radikalisme dan terorisme di lingkungan masyarakat.
"Latihan sarapal anam tidak hanya melibatkan orang dewasa, orangtua. Kami juga melibatkan dan merangkul generasi muda. Mulai dari tingkat SMP, SMA maupun mahasiswa," jelas pria yang dipercaya sebagai Pembina group sarafal anam Persatuan Pemuda Sepakat (PPS) kelurahan Dusun Besar kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu.
Selain bertukar pikiran dan informasi, latihan sarafal anam juga mampu mengisi hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk generasi muda yang terlibat secara langsung. Lalu, mempererat tali persaudaraan.
Di mana generasi muda diberikan edukasi. Baik edukasi bahaya terorisme, informasi hoaks dan disrupsi informasi.
Cara tersebut tentu mampu menangkal paham radikalisme, hoaks serta disrupsi informasi. Bahkan, generasi muda akan lebih terbuka dan peka terhadap lingkungan atas bahaya-bahaya di daerah masing-masing.
Keterlibatan generasi muda suku Lembak, sampai Abdullah, mencapai 20 orang dari 52 anggota group sarafal anam Persatuan Muda Sepakat (PMS) kelurahan Panorama kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu.
Group sarafal anam dengan melibatkan generasi muda tersebut, lanjut Abdullah, sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir atau sejak 2017. Di mana setiap latihan dan belajar sarapal anam memakan waktu tidak kurang dari 3 jam.
"Anggota sarafal anam, khususnya generasi yang ikut serta dalam latihan sarafal anam juga diberikan arahan dalam mencari jati diri," jelas Abdullah.
"Mereka mendapatkan edukasi agar tidak memberikan informasi yang belum tentu kebenarannya atau informasi hoaks di media sosial," sampai Abdullah.
Dalam latihan sarafal anam, masyarakat suku Lembak menggunakan rebana berukuran besar. Rebana itu dari kulit sapi dan kambing untuk ditabuh ketika mengiringi dan melafaskan pujian-pujian untuk Allah, SWT, Rasul dan Nabi.
Di bagian dalam rabana terdapat lilitan rotan yang melingkar. Mengikuti bentuk rebana. Fungsinya, untuk menambahkan efek nyaring saat rebana di tabuh. Memainkan kesenian sarafal anam dilakukan secara berdiri maupun sambil duduk.
"Sarapal anam salah satu untuk menyalurkan hobi dalam melestarikan budaya suku Lembak bagi generasi muda," ujar Abdullah.
Kearifan Lokal, Tangkal Potensi Radikalime
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah melakukan penelitian guna mengangkal terorisme, pada tahun 2017. Di mana kearifan lokal dan kesejahteraan menjadi daya tangkal signifikan potensi radikalisme.
Selain itu, salah satu temuan survey di 32 provinsi. Potensi radikalisme pada masyarakat Indonesia, berada pada kondisi perlu di waspadai dengan angka 55,12 poin dari rentang 0 hingga 100.
Lalu, di tahun 2018, BNPT melanjutkan hasil penelitian. Efektivitas kearifan lokal dalam menangkal radikalisme di era milenial. Hasil dari masyarakat percaya bahwa 63,60 persen (kategori tinggi), kearifan lokal masih mampu memfilter paham radikalisme
Hasil survey juga menemukan, bahwa aktivitas keagamaan masih tinggi mencapai 77,73 persen. Namun, pemahaman keagamaan dengan skor yang masih rendah. Yakni, 25,82 persen.
"Kearifan lokal merupakan salah satu penangkal nomor satu dalam pencegahan terorisme. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018," kata Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bengkulu, Usman Yasin, ketika ditemui Okezone, Senin 23 September 2019.
Di Bengkulu, sampai Usman, pengetahuan masyarakat Bengkulu terhadap kearifan lokal, sebesar 16,11 dengan kategori rendah. Rata-rata skor 30,09. Di mana Bengkulu peringkat ke 29 dari 32 provinsi di Indonesia.
Sementara, kepercayaan masyarakat Bengkulu terhadap Kearifan Lokal sebesar 52,86 masuk kategori rendah dengan rata-rata skor 30,09. Dalam hal ini Bengkulu berada di posisi 32 dari 32 provinsi di Indonesia.
Untuk potensi radikalisme di Bengkulu, sebesar 32,91 kategori rendah dengan rata-rata skor 42,58. Di mana Bengkulu berada di posisi 31 dari 32 provinsi di Indonesia.
"Faktor tertinggi daya tangkal terorisme secara nasional, kearifan lokal dan kesejahteraan," sampai Usman.