Tak heran jika di Cirebon pengaruh tersebut hingga saat ini kental diraskan masyarakat, para pemuka agama yang nota bene berada di tiga keraton Cirebon, Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan, pada abad ke 15 lalu mengadopsi kegiatan tersebut yang disesuaikan dengan adat keraton yakni digelarnya upacara panjang jimat atau kerap disebut pelal.
Peringatan Maulid Nabi juga turut digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Dalam ritual ini, kata panjang ditafsirkan secara harfiah, adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah yang diisi dengan makanan dengan dianalogikan dengan prosesi kelahiran nabi.
Sedangkan kata Jimat, merupakan akronim dari kata Diaji dan Dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yakni ajaran-ajaran Islam dengan manauladani Nabi Muhammad SAW.
4. Padang
Umat Muslim di Padang Pariaman juga menjalankan Tradisi Bunga Lado. Pada tradisi ini, masyarakat membuat pohon buatan yang nantinya akan dihiasi beragam uang kertas asli.
Adapun uang yang dipakai ialah pecahan Rp10 ribu dan Rp20 ribuan yang ditata rapi. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW atas rezeki yang telah diberikan selama menjalani hidupnya.
Dalam rangkaiannya, setelah mengarak pohon uang, masyarakat sekitar akan menyumbangkan uang tersebut untuk kesejahteraan umat seperti untuk pembangunan masjid. Tradisi ini pun dikenal sebagai ajang silaturahmi antarmasyarakat setempat.
Bungo yang artinya bunga dan Lado yang berarti cabai dalam bahasa Padang ini, merupakan sebuah tradisi yang juga dilakukan masyarakat Padang secara turun-temuran saat Maulid Nabi Muhammad SAW tiba.
5. Sulawesi Selatan
Maudu Lompoa adalah tradisi peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan dan budaya suku Bugis. Secara etimologi Maudu Lompoa berasal dari bahasa Bugis yang artinya Maulid Besar.
Dalam tradisi ini, masyarakat sekitar khususnya pemuda bergotong royong mengarak replika kapal atau julung-julung yang berisikan hidangan khas berupa nasi pamatra (setengah matang) beserta lauk pauk seperti ayam kampung dan telur warna – warni serta hiasan khas Sulawesi. Julung-julung akan diarak menuju pinggir Sungai Cikoang pada puncak perayaan Maudu Lompoa.