BEKASI - Banjir yang sudah surut di hampir seluruh wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, menyisakan kepedihan di hati masyarakat, terutama warga terdampak. Tak hanya merugi akibat kerusakan harta benda, para korban juga harus bergulat dengan sisa-sisa lumpur yang berhamparan di sepanjang mata memandang.
Seperti yang dialami warga Kampung Rawa Panjang RT 05 RW 04, Rawalumbu, Sepanjang Jaya, Kota Bekasi. Setelah lelah bertahan selama banjir melanda, kini mereka harus kembali menguras tenaga membersihkan sisa-sisa lumpur setebal sekitar 50-60 sentimeter, usai air surut.
"Setelah surut ada sebagian yang melakukan bersih-bersih rumah, mumpung sisa-sisa lumpurnya itu belum kering. Kalau sudah mengering itu kan susah bersihinnya," kata Idris (41) warga setempat kepada Okezone, Sabtu (4/1/2020).
Menurutnya, banyak warga yang mengalami kerugian harta benda karena tak ada waktu menyelamatkan saat banjir menerjang wilayah tersebut.
"Rata-rata elektronik seperti kulkas, televisi, mesin cuci, lalu motor-motor banyak kerendam. Saya sendiri cuma surat-surat berharga aja yang sempat diselamatkan, yang lain semua ada di dalam rumah," ujarnya.
Idris masih mengingat jelas detik-detik air bah menerjang permukiman di hari pertama awal tahun 2020 itu. Ia bersama warga lainnya tak menyangka jika air akan bergerak naik sebegitu cepat. Dalam hitungan jam, seluruh wilayah RT 05 sepenuhnya tertutup air setinggi kurang lebih 2 meter.
"Menjelang siang setelah dhuhur, itu air sudah mulai naik ke permukaan di jalan. Lalu sekira habis ashar, itu mulai naik tinggi. Dan kita juga dapat kabar bahwa tanggul di Jatiasih jebol. Dan dari sebelum Maghrib itu air udah mulai naik kencang banget. Kita juga gak nyangka begitu cepatnya air. Sampai kira-kira jam 8 itu udah hampir 2 meter di jalan," ungkapnya.
Ia mengatakan jika banjir kali ini adalah yang terparah sejak banjir besar melanda permukiman itu beberapa tahun lalu.
"Waktu 2013 itu hampir mencapai 2 meter. Ini lebih parah kalau menurut saya. Karena rumah saya sendiri juga pondasinya sudah tinggi kira-kira 1 meter, tapi ini bisa sampai masuk ke dalam rumah. Di dalam aja hampir sedalam rumah," akunya.
Padahal sebelumnya, sambung Idris, wilayah tersebut sudah jarang terkena banjir meski posisinya berada dekat bantaran kali Bekasi.
"Dulu rutin karena memang ada pekerjaan sipon di kali Bekasi. Itu memang hampir tiap tahun selama pekerjaan itu aja. Tapi setelah pekerjaan itu selesai kira-kira 2013/2014, selama itu gak banjir. Nah banjir-banjir itu sekarang aja," paparnya.
Idris juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib ribuan warga di RT 05 yang jarang menerima bantuan di kala bencana banjir. Ia bahkan merasa wilayahnya terasingkan karena nyaris luput dari perhatian pemerintah daerah.
"Ya kalau banjir memang kita tidak bisa menghindari, tapi paling tidak support, dukungan moral dari pemerintah harus ada. Jangankan pemerintah daerah, dari camat pun gak nyampe kemari. Saya kadang-kadang merasa sedih ya, kaya warga terasing wilayah kami, seperti kampung hilang," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)