Kepada Ganjar, Namono menjelaskan proses pembangunan keraton itu berjalan kurang lebih satu bulan. Selain membangun, Namono juga diberi mandat sebagai penjaga keraton. Yang membuat Ganjar kaget, Namono mengaku melakukan semua itu tanpa minta imbalan upah. Dia dijanjikan, kelak ketika keraton berhasil berdiri, bakal didaulat sebagai abdi dalem.
Begitu mendengar kisah Namono, Ganjar lantas bertanya kepada ratusan masyarakat yang berjubel apakah ada yang berniat hendak menjadi bagian Keraton Agung Sejagat saat berkunjung. Mereka pun bersahutan mengatakan tidak. Hanya mengobati rasa penasaran dan mengisi waktu luang.
Ganjar pun lantas keliling ke seluruh sisi-sisi keraton, melihat benteng yang terbuat dari batako dan bagunan calon pendapa. Mengamati batu prasasti yang diukir indah juga sebuah kolam yang dikiranya sebagai Sendang Kamulyan. Namun begitu memasuki ruang utama keraton, para pewarta tidak diperbolehkan mengikuti.
Baca Juga: Permintaan Maaf Raja Keraton Agung Sejagat Diharapkan Redakan Kegaduhan Publik
(Fiddy Anggriawan )