WELLINGTON - Polisi Selandia Baru pada Rabu, 4 Maret 2020, meningkatkan penjagaan dan patroli di dua masjid di Christchurch menjelang peringatan satu tahun penembakan yang menewaskan 51 jemaah di kota itu. Tindakan tersebut diambil sebuah foto mengkhawatirkan yang berhubungan dengan salah satu masjid itu muncul di media sosial.
Pada 15 Maret 2019 seorang teroris bersenjata semi otomatis menembaki jamaah masjid yang berkumpul untuk salah Jumat di dua masjid di Christchurch. Serangan itu merupakan insiden penembakan terburuk dalam sejarah masa damai di Selandia Baru.
BACA JUGA: Jumlah Korban Tewas Penyerangan Masjid di Christchurch Bertambah Jadi 51 Orang
Serangan tersebut mendorong pemerintah untuk memperketat undang-undang senjata dan memunculkan pertanyaan mengenai citra Selandia Baru sebagai negara yang masyarakatnya damai dan patuh hukum.
Brenton Tarrant, seorang warga Australia, telah didakwa serangan terhadap itu dan menghadapi persidangan pada Juni mendatang. Dia mengaku tidak bersalah atas 92 dakwaan.
Polisi telah meningkatkan patroli di sekitar masjid Al Noor dan Linwood, dua tempat yang menjadi target serangan 15 Maret itu, dan akan tetap memperlihatkan kehadirannya di masyarakat.
Menurut laporan media, foto seorang pria berdiri di luar masjid mengenakan balaclava dengan ancaman terhadap jamaah dilaporkan oleh masyarakat di media sosial pekan ini. Sebagai respons, polisi memulai patroli di Masjid Al Noor.
BACA JUGA: Teroris Penembak Masjid di Selandia Baru Didakwa 50 Pembunuhan
Polisi mengonfirmasi bahwa mereka telah diberitahu tentang foto itu dan mengatakan telah merujuknya ke kepala sensor untuk dipertimbangkan apakah gambar itu harus diklasifikasikan sebagai material yang tidak pantas.
"Polisi sadar bahwa sejumlah orang telah berbagi gambar yang menampilkan masjid Al Noor, yang awalnya diterbitkan di media sosial," kata Komandan Distrik Canterbury John Price dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Rabu (4/3/2020).