WASHINGTON DC - Pejabat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa Iran bertanggung jawab atas pengiriman email ancaman kepada pemilih Demokrat. Disebutkan juga bahwa informasi Rusia dan Iran telah memiliki data para pemilih AS.
Direktur Badan Interlijen Nasional John Ratcliffe mengatakan, email yang tampaknya datang dari kelompok sayap kanan pro-Trump itu dan dimaksudkan untuk "memicu keresahan". Dia juga mengatakan para pejabat AS menemukan Iran dan Rusia telah memperoleh "beberapa informasi pendaftaran pemilih".
BACA JUGA: Mengenal Sistem Early Voting dalam Pemilihan Umum AS
Pengumuman itu datang 13 hari sebelum pemilihan presiden.
Pengarahan intelijen yang tidak biasa yang mendekati pemungutan suara dipandang sebagai bukti keprihatinan pemerintah atas campur tangan pemungutan suara dan kampanye disinformasi dari aktor asing.
Diwartakan BBC, Ratcliffe mengatakan "email palsu" Iran diklaim dikirim oleh Proud Boys untuk "mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan dan merusak reputasi" Presiden Donald Trump.
Dia menambahkan bahwa data pemilih dapat digunakan dalam upaya untuk "mengomunikasikan informasi palsu kepada pemilih terdaftar yang mereka harap akan menyebarkan kekacauan dan merusak kepercayaan Anda pada demokrasi Amerika".
Ratcliffe mengatakan para pejabat "belum melihat tindakan yang sama dari Rusia", tetapi mereka sadar mereka memiliki beberapa informasi pemilih.
BACA JUGA: Serba-Serbi Pilpres AS 2020, Mengenal Electoral College dan Swing States
Menurut Konferensi Nasional Badan Legislatif Negara, di banyak negara bagian data pemilih tersedia atas permintaan, meskipun masing-masing negara bagian memiliki persyaratan berbeda tentang siapa yang dapat meminta informasi pemilih, data apa yang tersedia dan bagaimana data ini dapat digunakan,
"Jika Anda menerima email yang mengintimidasi atau manipulatif di kotak masuk Anda, jangan khawatir dan jangan menyebarkannya," kata Ratcliffe sebagaimana dilansir BBC. Dia menyebut tindakan tersebut untuk mempengaruhi pemilih AS sebagai "upaya putus asa oleh musuh yang putus asa".
Direktur FBI Christopher Wray bergabung dengan Ratcliffe pada konferensi pers. Dia mengatakan bahwa sistem pemilihan AS masih aman dan "tangguh".