Cara pemikiran inilah, ungkap Maria yang keliru. Dimana, HKTI selalu dihubungkan dengan pertanian. Padahal cakupan HKTI itu luas.
"Memang (HKTI) itu yang selalu menjadi pertanyaan masyarakat umum. Kok Solo ada HKTI. Padahal Solo tak punya pertanian. Inilah pandangan yang keliru, selalu menghubungkan HKTI dengan pertanian, padi dan tanaman. Padahal cakupan HKTI itu luas,"papar Maria.
Meski tak memiliki lahan pertanian, namun ungkap Maria, Solo memiliki kekuatan dibidang kuliner. Inilah yang akan dimanfaatkan oleh HKTI melalui forum dan program HKTI se Subosukowonosraten.
"Kekuatan Solo itu dibidang kuliner. Melalui forum, kita akan memanfaatkan program-prigtam subosukowonosraten. Kita kelola menjadi satu bahan kuliner karena unggulan kita itu kuliner,"ujarnya.
"Nanti hasil panen dari lingkungan (forum Subosukowonosraten) secara bertahap selain untuk kuliner juga disalurkan ke pasar yang ada di Solo. Baik pasar Legi maupun pasar Gede," pungkasnya. (kha)
(Arief Setyadi )