Industri nuklir Iran, meskipun dikatakan untuk kepentingan sipil, terkait erat dengan infrastruktur keamanan dan militernya.
Kenyataannya, Iran telah lama menyiapkan diri menghadapi serangan sehingga kini ada kemungkinan jelas bahwa fasilitas bawah tanah semakin tidak tertembus.
Walaupun begitu, fasilitas nuklir Iran tetap rentan terhadap serangan dari tiga sisi.
Serangan fisik
"Fasilitas Iran bukannya tak tertembus," kata Mark Fitzpatrick, associate fellow di International Institute for Strategic Studies (IISS) dan juga seorang ahli bidang pengendalian senjata.
"[Fasiltas lain di ] Natanz rentan terhadap serangan bom yang dapat menghancurkan bunker dengan presisi, mungkin dua hantaman yang tepat sekaligus: satu untuk membuat lubang dan satu lagi untuk menembusnya atau setidaknya cukup untuk menggoyahkan mesin-mesin sehingga tidak berfungsi."
Tetapi wilayah Iran luas dan fasilitas-fasilitas nuklirnya terpencar-pencar jauh di kedalaman.
Pada tahun 2012, para ahli mengatakan fasilitas pengayaan uranium di Fordo, yang ditanam setidaknya 80 meter di dalam gunung, mungkin tidak bisa ditembus oleh kekuatan eksplosif yang dihasilkan bom-bom presisi tinggi "bunker-busting (bom yang dapat menghancurkan bunker)".
"Kedalaman Fordo melindungi fasilitas itu dari serangan bom yang dapat menghancurkan bunker, tetapi tidak tahan melawan sabotase," kata Mark Fitzpatrick, "dan fasilitas tersebut bisa dinonaktifkan selama berbulan-bulan dengan meledakkan pintu dan ruang udara".
Tetapi untuk menjangkau fasilitas-fasilitas itu memerlukan satu atau mungkin dua kali serangan udara yang dapat menembus ke dalam wilayah udara Iran dan menghindari atau menaklukkan pertahanan udara negara itu.
Iran menghabiskan dana besar untuk mengembangkan kekuatan rudal darat ke udara, termasuk Bavar-373 - sistem yang dikembangkan di dalam negeri dari versi S-300 Rusia.
Sistem itu mampu melacak dan menembak jatuh pesawat pada ketinggian hingga 300 kilometer.
Serangan manusia
Serangan dengan metode ini sudah terjadi.
Badan intelijen Israel, Mossad, berhasil mengembangkan jaringan mata-mata yang luar biasa mahir di wilayah Iran.
Begitu mahirnya sehingga ketika ilmuwan militer paling terkenal Iran, Mohsen Fakhrizadeh, bepergian dengan konvoi yang dikawal melalui jalan sepi di Teheran timur pada tanggal 27 November lalu, para penyerangnya tahu betul rute dan waktunya.
Berbagai laporan menurunkan versi berbeda-beda tentang apa yang terjadi pada hari itu.
Baca Juga : Trump Lengser, Putri Soleimani: Anda Bunuh Ayah Saya, tapi Hidup Ketakutan
Iran mengkaim serangan itu dilancarkan dari jarak jauh dengan menggunakan senapan mesin di atas truk yang dikendalikan dengan satelit.
Sumber-sumber lain meyakini serangan dilancarkan oleh tim mata-mata yang dilatih Mossad, yang kemudian melarikan diri dan bebas berkeliaran.