Juru bicara Facebook Andy Stone mengakui adanya pemblokiran di Myanmar.
“Kami mendesak pihak berwenang untuk memulihkan konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka serta mengakses informasi penting,” katanya.
(Baca juga: Kanada Tunjuk Proud Boys Sebagai Entitas Teroris)
Pada hari Selasa (2/2), militer memperingatkan agar tidak memposting soal rumor di media sosial yang dapat memicu kerusuhan dan menyebabkan ketidakstabilan.
Penyelidik hak asasi manusia PBB sebelumnya mengatakan ujaran kebencian di Facebook telah memainkan peran kunci dalam mengobarkan kekerasan di Myanmar.
(Susi Susanti)