Di media sosial (medsos), kasus ini memicu perdebatan sengit, dengan tagar terkait di platform microblogging Weibo dilihat lebih dari 570 juta kali. Perdebatan juga mencuat mengenai nilai pekerjaan rumah tangga. Beberapa orang mengatakan jumlah kompensasi terlalu sedikit.
Beberapa pengguna medsos menunjukkan 50.000 yuan (Rp108 juta) untuk lima tahun bekerja terlalu sedikit.
"Saya sedikit tidak bisa berkata-kata, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga penuh waktu diremehkan. Di Beijing, mempekerjakan seorang pengasuh selama setahun menghabiskan biaya lebih dari 50.000 yuan (Rp108 juta)," kata seorang warganet.
Beberapa orang mengatakan bahwa akan "lebih baik" untuk tetap melajang.
Sementara yang lain mengatakan wanita harus berusaha memiliki karir sendiri setelah menikah sebagai bentuk perlindungan diri.
“Ladies, ingatlah untuk selalu mandiri. Jangan putus asa setelah menikah, berikan dirimu jalan keluar sendiri,” tulis salah satu pengguna medsos.
Menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), wanita di China menghabiskan hampir empat jam sehari untuk pekerjaan tidak berbayar - kira-kira 2,5 kali lipat dari pria.
Ini lebih tinggi daripada rata-rata di negara-negara OECD lainnya, yakni perempuan hanya menghabiskan waktu dua kali lebih banyak daripada laki-laki untuk pekerjaan tanpa upah.
(Susi Susanti)