Meskipun kisah para perempuan ini telah diketahui selama lebih dari dua dekade, kali ini adalah pertama kalinya cerita mereka sampai di pengadilan Peru.
Sejauh ini Peru telah mengakui tanggung jawab negara atas kematian María Mamérita Mestanza Chavez, setelah Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika (IACHR) meminta penyelidikan.
Mestanza yang merupakan perempuan pribumi berusia 33 tahun yang meninggal beberapa hari setelah operasi pada tahun 1998, karena kurangnya perawatan pasca-operasi.
Aktivis mengatakan korban dipaksa menjalani operasi. Kasus ini awalnya ditangguhkan oleh jaksa provinsi, tetapi pada 2010, IACHR meminta Peru untuk menyelidiki dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kematiannya.
Selama bertahun-tahun, tiga investigasi kriminal terhadap mantan Presiden Fujimori dan mantan pejabat kesehatannya telah dibuka dan kemudian disimpan dengan alasan tidak cukup bukti.
Mantan Presiden tersebut selalu mengklaim dirinya tidak terlibat langsung dalam menjalankan program pengendalian kelahiran, meski komisi kongres tahun 2002 menemukan bukti bahwa ia telah mendorong pejabat untuk mencapai target sterilisasi.
Fujimori dipenjara sejak 2007 karena korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia, tetapi dia dibebaskan pada 2014 dari segala pelanggaran yang terkait dengan program sterilisasi.
Pada 2018, jaksa mendakwanya dan mantan menteri kesehatan berdasarkan tuduhan 2.074 korban, termasuk lima orang yang telah meninggal.
Namun persidangan tidak dapat berjalan sesuai rencana, pada bulan Januari tahun ini, karena tidak ada penerjemah yang dapat membantu para perempuan Quechua, banyak dari mereka tidak fasih berbahasa Spanyol.