Di sebuah desa di Xinjiang bagian selatan, jerami dikumpulkan di ladang. Sejumlah keluarga lalu meletakkan buah-buahan dan roti pipih di atas sup mereka.
Dalam gaya hidup sederhana seperti ini, kehidupan masyarakat Uighur secara tradisional berputar.
Namun angin hangat yang bertiup melintasi gurun kini membawa serta kekhawatiran dan perubahan.
Sebuah video yang disiarkan saluran berita milik Partai Komunis China memperlihatkan sekelompok pejabat di tengah desa. Mereka duduk di bawah spanduk merah dan mempromosikan lowongan pekerjaan di Provinsi Anhui yang berjarak 4.000 kilometer dari Xinjiang.
Merujuk narasi dalam video itu, dua hari sejak iklan ditayangkan, tidak ada satu pun warga desa yang mendaftar. Akhirnya, para petugas mulai mendatangi rumah-rumah penduduk.
Ini adalah cuplikan paling menarik dari kampanye besar-besaran China untuk mengirim orang Uighur, Kazakh, dan etnis minoritas lain di Xinjiang sebagai pekerja kasar di pabrik.
Lapangan pekerjaan yang ditargetkan untuk mereka itu kebanyakan berjarak cukup jauh dari Xinjiang.
Meski tayang sejak tahun 2017 atau saat kebijakan itu mulai diintensifkan, hingga saat ini video tersebut belum muncul dalam pemberitaan berita internasional.
Dalam video itu, para pejabat China berbicara dengan seorang ayah yang jelas-jelas enggan mengirim putrinya, yang bernama Buzaynap, ke tempat yang begitu jauh.
"Pasti ada orang lain yang ingin pergi," ujarnya mencoba memohon. "Kami bisa hidup disini. Biarkan kami menjalani hidup seperti ini," kata laki-laki itu.