10 Tahun Bencana Nuklir Fukushima, Nasib Energi Nuklir Jepang Dinilai Suram

Antara, Jurnalis
Selasa 09 Maret 2021 13:11 WIB
Foto: Antara via Reuters.
Share :

TOKYO - Gempa bumi besar dan tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011 telah menghancurkan kota-kota dan memicu kebocoran nuklir di Fukushima. Dunia terpana menyaksikan perjuangan kacau balau dalam penanganan bencana nuklir terburuk dunia itu sejak Chernobyl.

Terpaan gelombang yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 magnitudo menghantam pantai timur laut, menewaskan hampir 20.000 orang dan melumpuhkan pembangkit Fukushima Dai-ichi. Lebih dari 160.000 penduduk lari menyelamatkan diri saat radiasi menyembur ke udara.

BACA JUGA: Jepang Akan Buang Air Radioaktif dari Fukushima ke Laut

Pada saat itu, beberapa pihak --termasuk Perdana Menteri Naoto Kan-- khawatir Tokyo perlu dikosongkan, atau lebih buruk lagi.

"Fukushima tercatat dalam sejarah energi nuklir," kata Kiyoshi Kurokawa, kepala tim investigasi yang menyimpulkan bahwa bencana itu "betul-betul buatan manusia".

Pemerintah telah menghabiskan sekitar USD300 miliar (Rp4,3 kuadriliun) untuk membangun kembali wilayah Tohoku yang hancur akibat tsunami.

Tetapi, daerah di sekitar pembangkit listrik Fukushima tetap terlarang. Kekhawatiran atas tingkat radiasi tetap ada. Banyak orang yang pergi dari daerah itu menetap di tempat lain.

Penutupan pembangkit yang rusak untuk menetralkan radiasi itu akan memakan waktu puluhan tahun dan menelan miliaran dolar.

Jepang kembali memperdebatkan peran tenaga nuklir dalam pembauran energinya karena negara miskin sumber daya itu bermaksud mencapai netralitas karbon bersih pada 2050 untuk melawan pemanasan global. Tetapi, survei TV publik NHK menunjukkan 85 persen kekhawatiran publik atas kecelakaan nuklir.

BACA JUGA: Lalai dalam Bencana 2011, Tiga Pejabat Reaktor Fukushima Didakwa

Kebijakan energi mengalami ketidakpastian setelah Shinzo Abe memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), yang pro energi nuklir, kembali berkuasa setahun setelah bencana. LDP mendepak Partai Demokrat Jepang yang belum berpengalaman, yang citranya dinodai oleh penanganannya di Fukushima.

"Mereka membiarkan hal-hal yang tertinggal terkatung-katung," kata Tobias Harris, wakil kepala senior di lembaga konsultan Teneo, dan penulis buku tentang Abe.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya