Batavia atau Jakarta Pernah Dijuluki Kota Maut

Doddy Handoko , Jurnalis
Selasa 09 Maret 2021 06:01 WIB
Foto: Illustrasi Okezone.com
Share :

Prasasti Pieter Erberveld, seperti aslinya yang dibuat pada April 1722, juga terdapat di musium ini. Prasasti ini mengingatkan saat ia dihukum pancung karena dituduh akan melakukan pemberontakan di Batavia pada malam 1 Januari 1722. Tempat eksekusi digelar di kediamannya di Jalan Jayakarta sekarang ini.

Kuburan orang Belande, demikian warga Betawi menyebutnya, dulu bernama Kerkhoflaan, kira-kira Gang Kubur kalau diistilahkan sekarang. Kuburan seluas 5,5 hektar yang berada jauh dari pusat kota ini telah ditutup sejak 1975, dan kini jadi Museum Prasasti.

Semakin lama kuburan semakin penuh lalu dipindah ke Kebon Jahe Kober. Akibat penuhnya pekuburan yang di pusat kota Batavia ini sejak 1795 dialihkan ke Kebon Jahe Kober, Jakarta Pusat.

Upacara di pemakaman Kebon Jahe Kober yang terletak jauh di luar kota, sejak dibuka menggunakan alat transportasi berupa perahu dan kereta jenazah.

Pihak rumah sakit (bekas gedung BI Jakarta Kota) hanya menyediakan perahu jenazah bagi para pasien untuk dimakamkan di pemakaman Kebon Jahe Kober, Tanah Abang.

Sementara keluarga yang berduka menyewa atau naik perahu kepunyaannya, mengiringi jenazah melalui Kali Krukut, yang dulu lebar, dalam, dan airnya jernih.

Dalam sebuah laporan kuno disebutkan, bahwa pada 1825 kereta-kereta jenazah mengangkat mayat-mayat dari rumah sakit ke pemakaman Kober dua kali sehari.

Sesampainya di ujung Jalan Tanah Abang I (sekarang kira-kira belakang Deppen) setelah melewati kali Molenvliet (Jl Gajah Mada dan Hayam Wuruk), jenazah disambut kereta pengangkut jenazah.

Dulu di kali ini ada tempat untuk berlabuhnya perahu-perahu. Dengan kereta jenazah bewarna hitam, ditarik 2 - 4 ekor kuda, jenazah dibawa ke pemakaman. Sedangkan, para pengiring berjalan kaki dibelakangnya. Jumlah kuda penarik kereta bisa menunjukkan status sosial keluarga yang meninggal. Makin tinggi jabatannya, makin banyak kuda dan kereta yang dikerahkan.

Sesampainya di ruang balairung yang terletak di halaman depan makam, jenazah disemayamkan. Selain perahu dan kereta jenazah, di halaman belakang terdapat sebuah lonceng perunggu bertiang besi dengan ketinggian sekitar empat meter.

Lonceng pertama yang dibunyikan petugas untuk tanda adanya kematian. Bunyi kedua yang dibunyikan terus menerus sebagai pertanda penyambutan datangnya jenazah dari Kali Krukut hingga ke pemakaman.

Bunyi lonceng ini dimaksudkan untuk mengingatkan petugas pemakaman untuk mempersiapkan upacara hingga pelaksanaan pemakaman.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya