Kisah Pangeran Diponegoro Disuguhi Roti Putih dan Kentang Welanda

Doddy Handoko , Jurnalis
Senin 29 Maret 2021 07:39 WIB
Pangeran Diponogoro (foto: ist)
Share :

DALAM buku-buku sejarah disebutkan Pangeran Diponegoro pernah ditahan penguasa Hindia Belanda di Museum Fatahillah, yang sekarang ini bernama Museum Sejarah Jakarta. Museum yang terletak di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, menjadi saksi kehidupan Pangeran Diponegoro selama tiga minggu sebelum dibuang ke Sulawesi.

Muncul beberapa versi tentang tempat penahanan Pangeran Diponegoro. Ada versi yang menyebutkan Diponegoro tidak ditahan di penjara, namun ditempatkan di lantai dua Museum Sejarah. Ditahan dalam sebuah ruangan yang luas. Sebagai seorang pemimpin, meski memberontak, Diponegoro diperlakukan dengan terhormat oleh Kompeni.

Baca juga:  Kisah Bangsawan Pajajaran Bersimbah Darah dan Dyah Pitaloka Bunuh Diri di Bumi Majapahit

Sedang versi lain menyebutkan Diponegoro ditahan dibawah penjara bawah tanah yang cuma setinggi 1,65 cm. Penjara berbentuk setengah lingkaran yang sempit dan pengap itu tanpa dilengkapi tempat buang air. Sampai sekarang masih terdapat bekas bola besi untuk mengikat tahanan supaya tidak kabur.

Sejarahwan Peter Carey, penulis buku tentang P.Diponegoro, "Kuasa Ramalan", menjelaskan bahwa Diponegoro ditahan di ruangan Khusus.

Baca juga:  Hukuman Mati Era Hindia Belanda, Digantung hingga Ditarik Kereta Kuda

"Walaupun Belanda kejam, Mereka tidak bodoh. DN (Diponegoro) adalah seorang Pangeran senior dari Keraton Yogya. Kalau dia diperlakukan kejam oleh pemerintah kolonial dengan di penjara atau dibui bawah tanah tidak mungkin petinggi pribumi mau berkooperasi dengan Pemerintah kolonial lagi, sebab mereka takut akan diperlakukan sama!," ujarnya.

Pangeran tiba di Semarang pada malam 29 Maret 1830, ia melewatkan waktu seminggu lamanya di Wisma Residen di Bojong karena Van den Bosch telah memutuskan tidak menahan dia untuk sementara di penjara kota itu.

Setiap hari makan di meja residen, ia menolak disuguhi anggur, tapi mulai suka dengan roti putih yang baru dipanggang. Ia juga tampak makin senang dengan kentang Welanda-"kentang sabrang" menurut kata-kata plesetan punakawan-nya, Roto-yang akan menjadi makanan sehari-hari baginya selama pelayaran ke Manado, 4 Mei-2 Juni 1830.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya