"Akhirnya kita meyakini jebakan gas dan pola distribusi aliran gas. Dari proses itu lalu kita melakukan pemboran yang pemborannya bersifat ekplorasi," ujarnya.
Menurut dia, ada dua titik yang dilakukan pengeboran dengan kedalaman masing-masing 40 meter hingga akhirnya terjadi semburan gas dan air, namun setelah ditangani, tekanan gas melemah. Kemudian, pihaknya juga melakukan pembersihan dan pengeboran yang lebih dalam hingga pada kedalaman 42 meter.
"Hingga akhirnya tekanan kuat dan kemudian kita bersihkan sumurnya. Kita orientasikan aliran fluida-nya yang kemudian diikuti oleh aliran gas," katanya.
Berdasarkan hal itu, Dinas ESDM Jateng menyakini gas yang berada di aliran bawah permukaannya terorientasi kembali ke satu titik bor dan membersihkan sumur bor kedua karena memang memiliki tekanan yang tinggi sehingga reservoirnya bersih dan gasnya mengalir kuat di satu tempat.
"Inilah yang kemudian di dalam kawasan api abadi Mrapen itu, kita yakini nanti bakal akan hidup lagi," ujarnya.