Para ulama yang ada di masjid lalu mendudukkan jenazah dan kemudian bersembah sujud sambil menciumi tubuh Syekh Siti Jenar bergantian hingga ujung jari. Lalu jenazah Siti Jenar dikembalikan ke peti.
Syekh Maulana kemudian membuat muslihat dengan membunuh seekor anjing, membungkusnya dengan kail putih dan mengumumkan kepada masyarakat bahwa mayat Syekh Siti Jenar telah berubah menjadi seekor anjing.
Bangkai inilah yang kemudian dipertontonkan oleh para ulama keesokan harinya kepada masyarakat luas, untuk mengisyaratkan bahwa ajaran Syekh Siti Jenar adalah sesat.
Terdapat juga cerita yang beredar, bahwa Siti Jenar tak tewas di tangan para wali, melainkan dia memilih sendiri cara kematiannya.
Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh dirinya. Karena dia bisa memilih sendiri kematiannya dengan cara meminum tirtamarta (air kehidupan).
Siti Jenar memilih cara kematian bukan karena ancaman yang ada, tetapi karena kehendak diri sendiri. Syekh Siti Jenar kemudian berkonsentrasi, menutup jalan hidupnya dan kemudian meninggal dunia.
Ketika jenazah Siti Jenar terbujur kaku di hadapan kelima wali, keempat murid Siti Jenar yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo dan Ki Pringgoboyo mengakhiri "kematian"-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya dihadapan para wali. Jenazah Syekh Siti Jenar dimakamkan di tempat yang dirahasiakan.
(Awaludin)