Julie Siddiqi, pegiat hak-hak perempuan yang ingin membuat masjid di Inggris lebih mudah diakses oleh perempuan, menerbitkan video Instagram yang menceritakan bahwa masjidnya, Jamia Masjid and Islamic Centre, di Slough, tidak dibuka untuk perempuan bulan ini.
Dia menerima ratusan pesan dari perempuan Inggris lainnya yang mengalami hal serupa.
"Soal kesehatan dan keselamatan, saya mengerti," ujarnya.
"Masjid kami punya banyak ruang, ini sangat bisa dilakukan di masjid ini. Jadi terang-terangan saja - ini lebih dari Covid-19. Ini pola pikir, pola pikir yang mengatakan kepada laki-laki mereka bisa memutuskan apakah perempuan bisa beribadah di masjid,” terangnya.
Jamia Masjid and Islamic Centre mengatakan kepada BBC keputusan tersebut dibuat setelah berkonsultasi dengan relawan perempuan di sana yang "prihatin dengan kurangnya sumber daya perempuan". Mereka mengatakan mereka tidak bisa menempatkan para relawan dalam bahaya.
Masjid Baitul Futuh di London - masjid lainnya yang membatasi akses perempuan - mengatakan "bukan kewajiban dalam Islam bagi perempuan untuk salat berjemaah di masjid, sementara itu wajib bagi laki-laki."
Sebagian Muslim percaya bahwa salat lima waktu berjemaah itu wajib atau sangat dianjurkan bagi laki-laki, namun opsional bagi perempuan, yang dapat salat di rumah.
"Setelah pembatasan dilonggarkan, perempuan akan dapat salat di masjid lagi," imbuh masjid tersebut dalam pernyataan pers.
Syekh Ibrahim Mogra, seorang imam di Leicester, berkata "laki-laki dan perempuan harus diakomodasi secara setara di masjid".
"Beberapa tradisi menyatakan lebih baik bagi perempuan untuk salat di rumah daripada berjemaah di masjid, jadi posisi umat Islam terbelah,” ujarnya.
Beberapa masjid lain telah mengubah sikap mereka. Hounslow Jamia Masjid and Islamic Centre awalnya berencana untuk buka hanya bagi laki-laki - namun mengubah kebijakannya setelah percakapan seputar akses perempuan ke masjid mulai muncul di internet pada awal Ramadhan.
Zara Mohammed, presiden Dewan Muslim Inggris, mengatakan pedomannya untuk masjid meminta akses yang adil bagi laki-laki dan perempuan - "selama Ramadhan atau waktu lainnya sepanjang tahun".
"Perempuan harus terlibat dalam pengembangan dan peran kehidupan masjid dan kami mendorong dialog yang lebih konstruktif dan pendekatan yang berfokus pada solusi untuk memastikan peningkatan akses dan kesempatan bagi perempuan Muslim,” tambahnya.
(Susi Susanti)