Mengapa Korut Larang Bahasa Gaul, Jeans, dan Film Asing yang Digambarkan Sebagai 'Racun Berbahaya'?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 08 Juni 2021 07:11 WIB
Ilustrasi keluarga Korut menonton acara Korsel (Foto: BBC)
Share :

  • Awal dari tindakan keras

Namun kemudian, rezim di Pyongyang mulai menyadari hal ini. Choi mengenang ketika keamanan negara melakukan razia di sebuah universitas sekitar tahun 2002 dan menemukan lebih dari 20.000 kepingan CD.

"Ini baru satu universitas. Bisa dibayangkan berapa banyak yang ada di seluruh negeri? Pemerintah terkejut. Saat itulah mereka membuat hukuman lebih berat," katanya.

Kim Geum-hyok berkata ia baru berusia 16 tahun pada 2009 ketika dia ditangkap oleh petugas dari unit khusus yang dibuat untuk memburu dan menangkap siapapun yang kedapatan berbagi video ilegal.

Dia memberikan seorang temannya sebuah DVD musik pop Korea Selatan yang diselundupkan ayahnya dari China.

Dia diperlakukan layaknya orang dewasa dan digelandang di sebuah ruang interogasi rahasia, di mana para penjaga tak mengizinkannya untuk tidur. Dia menuturkan dirinya dipukul dan ditendang berulang-ulang selama empat hari.

"Saya ketakutan," ujarnya ketika kepada BBC di Seoul, tempat dirinya kini tinggal.

"Saya pikir hidup saya berakhir. Mereka ingin tahu bagaimana saya mendapatkan video itu dan berapa orang yang telah saya tunjukkan video tersebut. Saya tak bisa bilang ayah saya yang membawa DVD itu dari China. Apa yang bisa saya katakan? Itu ayah saya [yang melakukannya]. [Tapi] saya tidak mengatakan apapun, saya hanya bilang, "Saya tidak tahu, saya tidak tahu. Tolong lepaskan saya,” urainya.

Geum-hyok berasal dari salah satu keluarga elit di Pyongyang dan ayahnya akhirnya menyuap para penjaga demi membebaskannya. Suatu hal yang mungkin tidak akan bisa terjadi ketika undang-undang baru diterapkan.

Banyak dari mereka yang melakukan pelanggaran yang serupa kala itu dikirim ke kamp kerja paksa. Tapi itu dianggap tidak memberikan efek jera, maka hukuman ditambah.

"Awalnya hukumannya sekitar satu tahun di kamp kerja paksa - berubah menjadi lebih dari tiga tahun di kamp. Sekarang, jika Anda pergi ke kamp kerja paksa, lebih dari 50% anak muda ada di sana karena mereka menonton media asing," kata Choi.

"Jika seseorang menonton materi ilegal selama dua jam, itu sama saja dengan tiga tahun di kamp kerja paksa. Ini adalah masalah besar,” ujarnya.

Dikabarkan oleh sejumlah sumber bahwa ukuran beberapa kamp penjara di Korea Utara semakin luas pada tahun lalu dan Choi meyakini undang-undang baru yang keras itu memiliki efek.

"Menonton film adalah sebuah kemewahan. Anda harus memberi makan diri sendiri terlebih dahulu bahkan sebelum Anda berpikir untuk menonton film. Ketika dalam kondisi sulit bahkan untuk makan, satu anggota keluarga dikirim ke kamp kerja paksa dapat menghancurkan,” terangnya.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya