PARIS – Pihak keamanan menangkap dua orang setelah insiden penamparan terhadap Presiden Emmanuel Macron di Prancis tenggara.
Macron sedang berkunjung ke Drome, sebuah departemen atau daerah administrasi, di Prancis tenggara untuk bertemu pengusaha restoran dan mahasiswa untuk membahas pemulihan bangsa setelah pandemi Covid-19 ketika insiden itu terjadi. Pada satu momen, Macron memutuskan mendekati kerumunan orang-orang yang menonton di Desa Tain-l'Hermitage, namun tiba-tiba dia mendapat tamparan di wajah.
BACA JUGA: Presiden Prancis Emmanuel Macron Ditampar saat Kunjungan Resmi
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan Macron mengulurkan tangannya ke arah kerumunan simpatisan yang berdiri di belakang penghalang logam. Seorang pria yang mengenakan masker dan kacamata kemudian tiba-tiba mencengkeram lengannya sebelum tampaknya memukul wajahnya dan meneriakkan "Montjoie Saint Denis" dan "Turunkan Macron-isme."
Keamanan presiden kemudian segera bertindak mendorong pria itu ke tanah sambil membawa Macron pergi. Istana Elysee mengonfirmasi ada upaya untuk "menyerang" presiden.
Berbicara kepada surat kabar Le Dauphine Libre pada Selasa (8/6/2021), Macron menyebut insiden itu sebagai “peristiwa yang terisolasi".
BACA JUGA: Ada Varian Baru Virus Corona, Presiden Prancis Sebut Pandemi Ada di Tahap Genting
“Kita harus menempatkan insiden ini dalam perspektif. Ini adalah peristiwa yang terisolasi,” katanya sebagaimana dilansir RT. “Kita tidak boleh membiarkan orang-orang ultra-kekerasan mengambil alih debat publik. Mereka tidak melayaninya.”
Alasan di balik insiden itu tidak jelas, meskipun slogan “Montjoie Saint Denis” dikenal sebagai seruan perang Prancis sejak negara itu masih berbentuk monarki. Itu tetap menjadi slogan royalis saat ini.