JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku akan terus memantau atau mengikuti proses penanganan pungutan liar (pungli) dan premanisme di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ia sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui telepon untuk menuntaskan perkara ini.
Hal itu dikatakan Jokowi saat mendengar keluhan sejumlah sopir kontainer di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis 10 Juni 2021.
"Prosesnya akan saya ikuti, akan saya cek apakah sudah terjadi perbaikan apa belum, kalau udah nanti saya undang lagi (sopir kontainer) di lain waktu," kata Jokowi sebagaimana dilihat dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (11/6/2021).
Baca juga: Imbau Warga Laporkan Premanisme, Kapolri: Hubungi Hotline 110
Usai diperintahkan Jokowi, aparat kepolisian pun bergerak cepat meringkus sejumlah terduga pelaku pungli dan premanisme di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan data terkini, sudah ada puluhan terduga pelaku pungli dan premanisme di kawasan pelabuhan yang dicokok polisi. Mereka diamankan dari sejumlah tepat seperti di depo PT Greating Fortune Container dan lokasi kedua di depo PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta.
Baca juga: Instruksikan Berantas Premanisme, Kapolri: Segera Bersihkan Tangkap dan Tuntaskan!
Jumlah pelaku yang ditangkap diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan penyelidikan yang dilakukan aparat.
Sebagai informasi, salah satu sopir kontainer, Agung Kurniawan (38) menyampaikan bahwa mereka kerap menjadi sasaran tindak premanisme. Hal itu ia sampaikan saat pertemuan dengan Presiden Jokowi.
"Begitu keadaan macet, itu di depannya ada yang dinaiki mobilnya, naik ke atas mobil bawa celurit atau nodong begitu, itu enggak ada yang berani menolong, Pak. Padahal itu depan, belakang, samping, kanan itu kan kendaraan semua, dan itu orang semua, dan itu sangat memprihatinkan," ujar Agung.
"Karena dia takut, kalau posisinya nanti dia membantu, preman-preman itu akan menyerang balik ke dirinya. Maka dia lebih memilih tutup kaca. Dan itu memprihatinkan sekali begitu, Pak," lanjutnya.
Hal ini diamini oleh rekannya sesama sopir kontainer, Abdul Hakim, yang menyebut bahwa kemacetan merupakan penyebab para preman bisa leluasa menjalankan aksinya.
"Kalau mungkin lancar, ini mungkin tidak ada, Pak. Jadi ini kendala kita ini kemacetan aslinya, Pak. Jadi kami mohon kepada Bapak Presiden, bagaimana solusi ini ke depannya, kami. Karena kami, Pak sakit hati sebenarnya, Pak kalau dibilang sakit hati. Saya kira begitu. Tidak ada kenyamanan untuk sopir kami, sopir-sopir yang mengemudi di Tanjung Priok," keluhnya.
(Fakhrizal Fakhri )