Kisah Anak-Anak Perempuan yang Sulit Sekolah, Diminta Berhenti dan Menikah

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 01 Juli 2021 07:31 WIB
Ilustrasi pendidikan bagi anak-anak perempuan di Afghanistan (Foto: BBC)
Share :

  • ISIS, ancaman baru

November lalu, Shahla sedang mengajar di Universitas Kabul ketika beberapa pria bersenjata menyerbu kampus dan melepaskan tembakan di ruang kelas sebelah.

"Saya sedang berada di sebuah pameran buku ketika tiba-tiba saya mendengar suara tembakan terus menerus. Para siswa dengan putus asa berlarian ke mana-mana, ada yang menangis, ada yang segera menelepon, dan ada yang berlari menuju gerbang utama," kata Shahla.

Ketika pasukan keamanan pemerintah tiba, pertempuran pecah antara kedua belah pihak yang berlangsung berjam-jam.

Sebanyak 22 orang kehilangan nyawa dan lebih dari 22 terluka.

"Sebagian besar korban adalah perempuan," ujarnya.

"Dan bahkan polisi tidak ingin membantu perempuan yang terluka dan melarikan diri dari tempat kejadian karena mereka percaya menyentuh perempuan adalah haram,” lanjutnya.

"Tapi kemudian ketika pasukan khusus tiba, mereka membawa gadis-gadis itu,” tambahnya.

ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan mengatakan mereka menargetkan wisuda para hakim dan para penyelidik yang bekerja untuk pemerintah Afghanistan yang murtad.

ISIS-K, cabang dari kelompok pemberontak jihad, dibentuk di Afghanistan pada tahun 2014.

Sejak itu, mereka mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan paling mematikan di ibu kota termasuk pusat pendidikan dan sekolah.

Perempuan dan anak-anak, termasuk bayi yang baru lahir, menjadi sasaran salah satu serangan paling keji yang diklaim oleh ISIS tahun lalu.

Sebuah serangan di bangsal bersalin rumah sakit menyebabkan 16 orang tewas dan 16 lainnya luka-luka.

Bagi seorang pendidik berdedikasi, Shahla, eskalasi kekerasan oleh kelompok pemberontak seperti ISIS dan perluasan wilayah Taliban adalah alasan dia harus sekali lagi mulai mengumpulkan buku-buku.

"Saya harus memastikan bahwa saya memiliki cukup uang untuk membeli tenda, buku-buku, dan pena karena saya tahu Taliban tidak akan mengizinkan anak perempuan untuk belajar di sekolah,” ungkapnya.

"Bahkan sekarang ketika mereka mengambil alih sebuah distrik, hal pertama yang mereka lakukan adalah menutup sekolah perempuan,” terangnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya