Kisah Penerjemah Medis Bahasa Indonesia di AS, Jelaskan Masuk Angin, Kerokan, hingga Bantu Pasien Covid-19

Agregasi VOA, Jurnalis
Jum'at 09 Juli 2021 07:53 WIB
Penerjemah medis Bahasa Indonesia di AS (Foto: dok Sandra Kosasih)
Share :

Mengingat bahwa Amerika Serikat adalah tempat pertemuan berbagai budaya, Sandra melihat bahwa para tenaga kesehatan di AS sudah biasa menghadapi berbagai penjelasan terkait kebudayaan dan tradisi yang berbeda. Namun, kembali lagi kepada tugasnya, Sandra harus siap untuk menjelaskan lebih dalam jika diperlukan.

“Kalau misalnya untuk kerokan, memang ada bahasanya khususnya kan namanya coining. Coining itu kan kerokan, atau kalau kita pakai kerokan yang kayak cup itu kan cupping. Itu kan ada, mereka kan tau. Semua southeast Asian kan melakukan praktik itu,” ujar perempuan berdarah Solo dan Austria ini.

Tidak hanya itu, sebagai penerjemah medis bahasa Indonesia, Sandra juga harus bisa menjelaskan mengenai budaya dan tradisi Indonesia, antara lain minum jamu hingga masakan tradisional seperti rendang.

“Kadang-kadang dokternya bingung. ‘Ini minum jamu apa? ‘Oh, jamu daun sirsak.’ Mereka sirsak juga enggak tau apa, jadi aku mesti menjelaskan,” katanya.

“(Pasien) juga harus menjelaskan dietnya. Dia makannya apa sehari-hari. Terus, dia menjelaskan, ‘oh, aku suka makan rendang.’ Nah, itu kan aku mesti (menjelaskan) dong, rendang itu beef stew with coconut milk and spices,” tambahnya.

  • Layanan jasa penerjemah medis gratis

Sandra menyadari bahwa keterbatasan bahasa Inggris pasien kerap menimbulkan kebingungan dan salah pengertian. Hal ini tentunya berisiko besar kepada kondisi kesehatan pasien.

“Konsultasi diet untuk sakit gula. (Pasien) ada konsultasi dengan ahli gizi. Kan itu lewat video, ya. Pasien ini ternyata bertahun-tahun minum obatnya salah. Dia itu bacanya salah, mestinya sesudah atau sebelum, dan dia tuh makan obatnya salah. Dan baru tahu saat itu juga waktu aku bantuin dia jadi interpreter,” kata perempuan yang sudah menetap di Amerika Serikat sejak tahun 1995 ini.

Salah satu jalan keluarnya adalah dengan menggunakan layanan jasa penerjemah medis, yang bisa didapat secara cuma-cuma.

Hal senada juga dirasakan terapis keluarga dan pernikahan Natalia Indrasari Try Sutrisno.

“Waktu Lia dulu kerja di rumah sakit, apalagi di divisi behavioral health ada macam-macam ya. Orang datangnya untuk masalah depresi, untuk masalah kecemasan atau masalah ketergantungan obat-obatan. Banyak yang butuh pertolongan, tapi enggak terlalu menguasai bahasa inggris, jadi susah untuk menceritakan apa yang dia alami,” cerita Natalia Indrasari Try Sutrisno kepada VOA Indonesia belum lama ini.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya