Sebagai penerjemah medis, biasanya Sandra mendapat panggilan baik melalui telepon, video, atau langsung datang ke lokasi. Sewaktu pandemi mulai merebak di Amerika dan karantina wilayah diberlakukan, Sandra tidak lagi menerima banyak panggilan untuk datang langsung ke lokasi.
Namun, panggilan yang ia terima melalui telepon atau video kian bertambah, mengingat banyak pasien dari berbagai negara bagian di Amerika yang memerlukan bantuannya. Ditambah lagi dengan tempat praktik dokter yang kini banyak melakukan telehealth atau layanan kesehatan secara jarak jauh dengan menggunakan teknologi informasi.
“Jadi aku bisa selalu kerja dari rumah, over the phone, itu bisa 24 jam kalo mau,” ujar perempuan yang sudah menetap di Amerika Serikat sejak tahun 1995 ini.
Usahanya dalam membantu pasien dari rumah pun tidak selalu mulus. Koneksi telepon yang kurang bagus atau keterbatasan dalam menggunakan teknologi yang dialami pasien terkadang menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
“Betul-betul enggak ideal, karena kamu enggak bisa melihat secara langsung. Aku lebih suka berhadapan secara langsung, karena aku bisa melihat raut muka mereka, ekspresi mereka,” kata Sandra.
Saat melayani pun Sandra harus menegaskan kepada pasien, bahwa ia tidak memihak kepada siapa pun dan tidak bisa membantu mengambil keputusan.
“(Pasien) suka nanya gitu, ‘enaknya gimana ya?’ Kan mereka enggak boleh,” jelas Sandra.
“Semua yang dikatakan akan aku terjemahkan. Jadi kalau ada sesuatu yang enggak mau dikatakan, ya jangan disebut. Karena pernah pasien bilang, ‘Sandra, jangan bilang ke dokter ini.’ Enggak bisa. Aku di situ benar-benar menerjemahkan semuanya. Enggak ada yang aku sembunyikan,” paparnya.
Selain mendampingi para pasien yang membutuhkan layanannya dalam berkomunikasi di bidang kesehatan, Sandra juga kerap membantu pasien dalam mengisi berbagai formulir yang diperlukan.
“Formulir ini aku secara lisan harus baca semua, aku harus terjemahkan ke pasiennya. Jadi biar enggak ada kesalahpahaman, apalagi kalau misalnya mau operasi,” jelasnya.