Menurut Ramlan, pihaknya selalu menyarankan agar pihak ahli waris ikut terlibat dalam mengurus kremasi. Sehingga, ia menduga lonjakan tarif kremasi jenazah pasien Covid-19 itu adalah permaian dari para calo.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sambung Ramlan, pihaknya hanya akan menerima kremasi jenazah bila yang mengurus semua proses administrasi dan lainnya adalah si ahli waris.
"Kita beritahu staf kita kalau ada yang mau kremasi di Cirebon. Ahli waris alhamrhum yang telpon atau datang langsung. Supaya dia tahu di sini biaya Rp3 juta. Jangan sampai di caloin sama orang. Mahal. Kemungkinan besar calo-calo itu. Tidak tahu dari mana," papar Ramlan.
"Kalau tidak ada ahli waris yang mendampingi, kita tidak mau. Kita kasih tahu ahli waris dulu biar tahu, untuk mengantisipasi," kata Ramlan menambahkan.
Masih disampaikannya, jenazah yang dikremasi di tempatnya berasal dari beberapa daerah. Namun, kebanyakan datang dari wilayah Ciayumajakuning.
Ia sangat menyayangkan adanya kabar soal praktik kartel kremasi jenazah pasien Covid-19 itu. Padahal, kremasi jenazah di tempatnya dilakukan bukan untuk tujuan komersial.
"Untuk menghindrai itu. Kalau pihak keluarga tidak mau telepon kita batalkan. Di wilyah Ciayumajakuning cuma ini saja. Bukti kuitansi dan lainnya kita ada," pungkasnya.
(Angkasa Yudhistira)