Polisi Periksa 2 Orang Terkait Dugaan Pemerasan Kartel Kremasi di Jakarta Barat

Dimas Choirul, Jurnalis
Kamis 22 Juli 2021 15:20 WIB
Ilustrasi.(Foto:Dok Okezone)
Share :

JAKARTA - Polisi tengah menyilidiki dugaan pemerasan kartel kremasi yang terjadi di salah satu rumah duka di kawasan Jakarta Barat. Informasi tersebut, diketahui melalui pesan yang beredar di media sosial WhatsApp.

Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Ady Wibowo mengatakan, pihaknya telah memeriksa pemilik yayasan dan salah seorang penyebar informasi berantai mengenai dugaan pemerasan kartel kremasi itu.

"Artinya, sampai saat ini kita masih dalam tahap pendalaman atau penyelidikan untuk pastikan apa yang sebenarnya terjadi," kata dia kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).

Baca Juga: Bareskrim Selidiki Dugaan Kartel Kremasi Jenazah Covid-19

Kendati demikian, Ady belum dapat menjelaskan rinci terkait kasus itu. Ia mengatakan, nantinya, informasi pelapor akan dijadikan acuan agar dapat menyelidiki kasus dugaan pemerasan kartel kremasi lebih lanjut.

"Pastinya dalam kasus ini kami belum bisa sampaikan hal yang banyak karena masih proses penyelidikan," ungkapnya.

Diketahui, sebuah pesan berantai tentang kuitansi kartel kremasi viral di masyarakat. Dalam kuitansi itu tertulis atas nama Martin asal Jakarta Barat. Ia mengaku diperas Rp 65 juta oleh sindikat kartel kremasi untuk mengkremasi ibunya yang meninggal dunia di rumah sakit pada Senin (12/7/2021).

Martin lantas terkejut, sebab enam pekan lalu kakaknya yang meninggal dunia dan dikremasi, paket tersebut tidak sampai Rp 10 juta.Lalu dua pekan kemudian besan kakaknya meninggal bersama anak perempuannya akibat Covid-19, paketnya Rp 24 juta per orang.

"Bagaimana harga bisa meroket begini tinggi dalam waktu singkat?," tanya Martin.

 Dia lalu berupaya menghubungi hotline berbagai krematorium di Jabodetabek. Kebanyakan tidak diangkat sementara yang mengangkat teleponnya mengaku sudah penuh.

"Kami menghubungi orang yang dulu mengurus kremasi kakak dan dapat keterangan bahwa memang segitu sekarang biayanya. Kemudian dia juga tawarkan Rp 45 juta, jenazah juga bisa segera dikremasi tapi besok (Selasa, 13/7/201) di Cirebon," ucapnya.

"Dari teman kami juga mendapat beberapa kontak yang biasa mengurus kremasi. Ternyata slot bisa dicarikan tapi ada harganya, bervariasi dari Rp 45 juta sampai Rp 55 juta," tambahnya.

Saat itu, ia merasa dalam keadaan kepepet lantaran didesak RS agar jenazah bisa segera dipindahkan, akhirnya pihak keluarga memutuskan memilih yang di Karawang. Namun, petugas itu berdalih slot yang ada di sana telah diisi oleh orang lain. Kemudian oknum petugas itu berjanji akan mencarikan slot baru di tempat lain.

Tidak lama kemudian orang yang dimaksud kembali menelepon dan mengkabarkan dapat slot untuk lima hari mendatang di krematorium pinggir kota dengan tarif Rp 65 juta.

Besok paginya atau Selasa (13/7/2021) pukul 9.30 Martin dan keluarganya tiba di krematorium di Cirebon. Mobil jenazah ibunya sudah tiba sejak pukul 07.00, dan pihak keluarga memeriksa untuk memastikan bahwa di dalam peti itu adalah jenazah ibunya.

"Ternyata di dalam mobil jenazah tersebut ada peti jenazah lain, jadi satu mobil sekaligus angkut dua jenazah," katanya.

Sebelum dapat giliran dikremasi, Martin sempat mengobrol dengan pengurus kremasinya. Petugas mengatakan, bahwa satu harga kremasi dihargai Rp 2,5 juta. Namun, karena sekarang ada prosedur Covid-19, sehingga diperlukan APD, penyemprotan dan sebagainya sehingga ada biaya tambahan beberapa ratus ribu rupiah.

Atas fenomena itu, dia menilai betapa nyamannya kartel ini "merampok" keluarga yang berduka, karena biaya peti dan biaya mobil jenazah (satu mobil dua jenazah) harusnya tidak sampai Rp 10 juta.

"Mereka ini hanya berbekal telpon saja dan bisa booking slot di krematorium, tidak perlu nongol sementara orang lapangan, orang kecil, yang bekerja dan tidak merasakan tetesan keuntungan ini," imbuhnya.

Dia menambahkan, pada Sabtu (17/7/2021) pagi, istrinya mendapat kabar dari sang nenek bahwa kerabatnya ada yang kembali meninggal dunia karena Covid.

"Semula ingin di kremasi tapi kaget dan gak kuat dengar biayanya Rp 80 juta itupun harus tunggu beberapa hari lagi. Akhirnya diputuskan dikubur di Rorotan, Gratis dibiayai Pemerintah," ungkapnya.

Ia kemudian meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera menindak tegas bila ada aparat pemakamannya yang berubah fungsi menjadi calo mencari keuntungan khususnya yang bekerja sama dengan petugas jenazah di RS dan staf Krematorium yang punya hak mengatur slot.

(Sazili Mustofa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya