Putri Gus Dur: Hoaks Berbahaya karena Bisa Memainkan Emosi Manusia

Antara, Jurnalis
Senin 02 Agustus 2021 06:31 WIB
Anita Wahid. (Foto: Antara)
Share :

DEPOK - Ketua Ikatan Alumni (ILUNI) Universitas Indonesia (UI) Anita Wahid sekaligus putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan, hoaks menjadi berbahaya bukan hanya karena informasinya yang salah, tapi karena hoaks sengaja dibuat dengan tujuan memainkan emosi manusia untuk menimbulkan rasa takut dan cemas berlebihan, sehingga nalar berpikir menjadi terganggu.

"Dengan matinya nalar, maka proses berpikir kita akan rusak dan sulit mengambil keputusan-keputusan yang objektif," kata Anita Wahid dalam keterangannya, Minggu (1/8/2021).

Anita mengatakan hal tersebut ketika tampil sebagai pembicara pada sesi Masterclass: Critical Thinking, di acara Kegiatan Awal Mahasiswa Baru (KAMABA) UI tahun akademik 2021/2022. Sesi tersebut bertujuan membangun daya nalar para mahasiswa baru agar bisa berpikir kritis di tengah masyarakat digital. 

Anita menyampaikan topik “Membentuk dan Membangun Kemampuan untuk Filtrasi Informasi di Era Post Truth dan Hyper Reality”. 

Menurut Anita, ada dua kelompok emosi yang mudah dipengaruhi hoaks. Pertama, emosi yang muncul ketika merasa ada ancaman terhadap keselamatan dan keamanan suatu individu, seperti hoaks tentang kesehatan, bencana alam, atau kriminalitas. Kedua, emosi yang muncul ketika merasa ada ancaman terhadap identitas seseorang, seperti hoaks tentang politik, agama, etnisitas, maupun ideologi. 

Berita hoaks pada akhirnya akan menimbulkan rasa curiga, tidak percaya, marah ataupun benci terhadap kelompok tertentu. Jika seseorang sudah terpengaruh hoaks, maka individu tersebut akan mudah dan rentan untuk melakukan dikotomi atau polarisasi, yaitu pengelompokan pemikiran yang saling bertentangan. 

Baca juga: Tiga Langkah Mencerna Politik Luar Negeri Ala Gus Dur

"Ketika sudah masuk ke dalam polarisasi ini, pandangan kita akan sangat tribal. Kita hanya melihat hal-hal baik dari kelompok kita, dan hanya melihat hal-hal buruk dari kelompok yang bertentangan dengan kita,” ujarnya menjelaskan.

Efek kacamata tribal (kesukuan) akan menghasilkan pemikiran bahwa hal yang kelompok tersebut lakukan adalah karena kecintaan terhadap bangsa dan negara, tanpa menyadari telah menjadi alat untuk kepentingan kelompok tertentu.

“Akibatnya, labelling, stigma, menjadi gampang untuk disematkan kepada kelompok tertentu hanya karena pandangan yang berbeda, fakta dan data menjadi tidak relevan. Inilah apa yang dinamakan era post-truth di mana kebenaran hanyalah apa yang sesuai dengan kepentingan kelompok atau pemikiran kita, bukan lagi berdasar kepada fakta dan data. Terjebak pada ruang pemikiran sendiri, melihat segala sesuatu dengan kacamata kuda,” katanya.

Dampak buruk hoaks akan sangat terasa baik di tingkat individu, masyarakat, maupun bangsa. Di tingkat individu, seseorang menjadi kehilangan kemampuan berpikir kritis, penuh kecurigaan dan kebencian. Di tingkat masyarakat, ia membentuk masyarakat post-truth, yaitu masyarakat yang kasar, mudah termakan teori konspirasi, dan penuh keresahan sosial karena mempunyai ketidakpercayaan yang tinggi kepada pemimpin.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya