Mahasiswa Ini Syok Lihat Mayat Temannya Jadi Bahan Anatomi Tubuh di Kelas, Diduga Ditembak Polisi

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 03 Agustus 2021 07:54 WIB
Mahasiswa ini syok lihat mayat temannya di kelas anatomi (Foto: Enya Egbe)
Share :

  • 'Tugas ambulans'

Tahun lalu, pemerintah Nigeria membentuk panel yudisial di berbagai negara bagian untuk menyelidiki tuduhan kebrutalan polisi.

Ini sebagai tanggapan atas protes #EndSars yang dipicu oleh video viral seorang pemuda yang diduga ditembak mati oleh Pasukan Khusus Anti-Perampokan (SARS) milik polisi di negara bagian selatan Delta.

Banyak dari mereka yang bersaksi di depan panel berbicara tentang kerabat yang ditangkap oleh aparat keamanan dan tidak pernah terlihat lagi.

Dalam banyak kasus, polisi membela diri dengan mengatakan bahwa mereka yang hilang adalah perampok bersenjata yang tewas dalam baku tembak.

Sementara juru bicara polisi Frank Mba mengatakan kepada saya bahwa dia tidak mengetahui adanya kasus di mana polisi membuang mayat ke laboratorium anatomi atau kamar mayat.

Dalam kesaksian tertulis yang disampaikan kepada panel yudisial di negara bagian Enugu, Cheta Nnamani, pedagang berusia 36 tahun, mengatakan dia telah membantu aparat keamanan untuk menyingkirkan mayat orang-orang yang telah mereka siksa atau eksekusi selama empat bulan dalam tahanan SARS pada tahun 2009.

Dia mengatakan bahwa suatu malam, dia diminta untuk mengangkut tiga mayat ke dalam sebuah van, tugas yang dikenal dalam bahasa penahanan sebagai "tugas ambulans".

Polisi kemudian menguncinya di dalam ambulans dan menuju ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Nigeria (UNTH) terdekat, di mana Nnamani kemudian menurunkan mayat-mayat itu. Mereka dibawa pergi oleh petugas kamar mayat.

Di kota Owerri yang terletak di tenggara Nigeria, kamar mayat swasta yang dimiliki Aladina Hospital berhenti menerima mayat dari terduga kriminal karena polisi sangat jarang memberikan identitas atau memberi tahu kerabat bahwa ada anggota keluarganya yang meninggal.

Hal ini membuat kamar mayat itu terbebani dengan biaya pemeliharaan mayat yang tidak diklaim selama beberapa tahun, hingga pemerintah akhirnya memberikan izin untuk penguburan massal.

"Kadang-kadang, polisi mencoba memaksa kami untuk menerima mayat, tetapi kami bersikeras agar mereka membawa mereka ke rumah sakit pemerintah," kata Ugonna Amamasi, administrator kamar mayat.

"Kamar mayat swasta tidak diizinkan untuk menyumbangkan mayat ke sekolah kedokteran tetapi kamar mayat pemerintah bisa," tambahnya.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya