Anak Mantan Presiden Tersandung Korupsi 'Skandal Tuna', Rugikan Negara Rp29 Triliun

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 24 Agustus 2021 07:59 WIB
Salah satu kapal tuna yang terkait skandal korupsi yang melibatkan anak mantan Presiden Mozambik (Foto: Reuters)
Share :

MOZAMBIK - Putra mantan Presiden Mozambik dan 18 orang lainnya telah diadili atas skandal tuna senilai USD2 miliar (Rp29 triliun).

Ndambi Guebuza, putra mantan Presiden Armando Guebuza, dan yang lainnya menghadapi tuduhan pemerasan, penggelapan, dan pencucian uang. Mereka belum mengomentari tuduhan tersebut.

Di antara terdakwa lainnya adalah Gregorio Leao, kepala Security and Intelligence Service (SISE) di bawah Guebuza, dan Antonio do Rosario, yang menjadi ketua ketiga perusahaan tersebut.

Skandal korupsi terbesar di Mozambik membuat para donor termasuk Dana Moneter Internasional (IMF) memotong dana untuk negara itu dan ekonomi pun runtuh di sana.

Persidangan diadakan di tenda kanvas besar di halaman penjara dengan keamanan maksimum di pinggiran ibu kota, Maputo.

Ruang sidang kota dianggap terlalu kecil untuk dihadiri oleh sejumlah pengacara, 70 saksi dan 250 pekerja media.

(Baca juga: Kelompok Anti-Taliban Klaim Miliki Ribuan Pejuang Siap Berperang)

Dalam sidang pembukaan, hakim mengatakan semua terdakwa harus hadir di pengadilan dengan seragam penjara.

Skandal itu terjadi antara 2013-2014, tiga perusahaan yang baru didirikan mengambil utang sebesar USD2,2 miliar (Rp32 triliun), sebagian besar tanpa sepengetahuan atau persetujuan parlemen negara tersebut. Auditor dilaporkan menemukan USD500 juta (Rp7,2 triliun) dari uang itu hilang.

Pemerintah Mozambik berdiri sebagai penjamin pinjaman, yang berarti negara akan membayar kembali jika terjadi kesalahan.

(Baca juga: FDA Setujui Vaksin Covid-19 Pfizer untuk 16 Tahun)

Uang itu diduga digunakan untuk membeli pabrik tuna besar dan armada keamanan laut, serta untuk membiayai transaksi lain yang melibatkan perusahaan di mana negara adalah pemegang saham utama.

Pada 2016, pemerintah menukar sebagian utangnya dengan obligasi konvensional yang diterbitkan negara. Segera setelah itu, ia mengakui pinjaman skala penuh, memicu krisis ekonomi di Mozambik.

Mata uang negara itu kehilangan sepertiga nilainya, inflasi melonjak dan donor asing ditarik keluar.

"Hukum Mozambik mengatakan bahwa ketika eksekutif mengambil pinjaman, itu harus memberitahu parlemen. Itu cukup jelas,” terang Richard Messick, yang menulis Blog Anti-Korupsi Global, kepada program Newsday BBC.

Dia mengatakan dampak skandal ini menyebabkan jutaan orang jatuh ke dalam kemiskinan dan beberapa miliar dolar ‘terbuang’ dari pertumbuhan ekonomi.

Pinjaman tersebut dikeluarkan oleh Credit Suisse dan bank Rusia VTB kepada tiga perusahaan Mozambik: Proindicus, Ematum (Mozambique Tuna Company) dan MAM (Mozambique Asset Management).

Tiga mantan bankir Credit Suisse telah mengaku bersalah atas tuduhan pencucian uang di AS atas kasus tersebut.

Mozambik menggugat Credit Suisse di pengadilan London, meminta beberapa pinjaman dibatalkan dan juga mencari kompensasi.

Credit Suisse telah mengeluarkan klaim balasan di pengadilan Inggris terhadap Mozambik dan sebelumnya mengatakan mantan karyawan bertindak tanpa sepengetahuan perusahaan.

Salah satu orang penting dari persidangan adalah mantan Menteri Keuangan Manuel Chang. Dia telah ditahan di Afrika Selatan sejak Desember 2018, sebagai tanggapan atas surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang di Amerika Serikat (AS), atas tuduhan konspirasi untuk melakukan penipuan kawat, penipuan sekuritas, dan pencucian uang.

Kantor berita Reuters melaporkan pihak berwenang Afrika Selatan baru saja setuju untuk mengekstradisi dia ke Mozambik, bukan ke AS. Namun dia menyangkal melakukan kesalahan.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya