Pada puncak popularitasnya, ia memiliki puluhan ribu pengikut online yang menonton khotbahnya di media sosial atau menghadiri rapat umum.
Dia menjadi sorotan publik karena pidatonya pada 2012, ketika kekerasan mematikan pecah di negara bagian Rakhine antara Muslim, terutama Rohingya, dan Buddha.
Tahun berikutnya, majalah Time menempatkannya di sampul depan mereka dengan tajuk utama: "Wajah Teror Buddhis?"
Pada 2017 ia dilarang berkhotbah selama satu tahun oleh otoritas Buddha tertinggi Myanmar, dan pada 2018, Facebook menghapus halamannya karena pidato kebencian.
Myanmar, negara berpenduduk sekitar 54 juta, memiliki agama Buddha sebagai agama utamanya.
(Rahman Asmardika)