Sekarang, mereka hidup dalam persembunyian, berpindah-pindah tempat setiap beberapa hari sekali.
Mereka semua juga mengatakan rumah lamanya telah didatangi oleh anggota Taliban. Para tetangga, dan koleganya mengaku ditanyai tentang keberadaan mereka.
Menanggapi tuduhan ini, juru bicara Taliban, Bilal Karimi mengatakan kepada BBC jika hakim perempuan semestinya hidup seperti keluarga lainnya tanpa ketakutan. “Tak ada satu pun yang mengancam mereka. Unit militer khusus kami wajib menyelediki temuan ini, dan bertindak kalau ada kekerasan,” terangnya.
Dia juga mengulangi janji Taliban soal "pengampunan umum" bagi semua mantan pekerja pemerintahan terdahulu di seluruh Afghanistan: "Pengampunan umum kami adalah sungguh-sungguh. Tapi jika ada yang ingin mengajukan diri untuk meninggalkan negara ini, harapan kami, mereka tidak melakukannya, dan mereka tetap tinggal di negara ini,” lanjutnya.
Selama pemebasan massal tahanan, banyak penjahat yang bukan bagian dari Taliban, juga ikut dibebaskan.
"Dalam kasus perdagangan narkotika, anggota mafia, niat kami adalah menghancurkan mereka. Tindakan kami untuk melawan mereka akan serius,” ujarnya saat ditanya mengenai keamanan bagi hakim perempuan.
Sebagai perempuan terpelajar, para hakim itu sebelumnya adalah tulang punggung keluarga. Tapi sekarang, tanpa adanya gaji, dan rekening tabungan mereka dibekukan, kehidupan mereka kini sangat bergantung dari bantuan para kerabat.
Lebih dari tiga dekade, Hakim Sanaa menyelidiki kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.
Dia mengatakan, kebanyakan kasusnya melibatkan anggota Taliban, serta anggota ISIS.
"Saya menerima lebih dari 20 kali ancaman melalui sambungan telepon dari mantan narapidana yang sudah dibebaskan,” terangnya.
Dia saat ini bersembunyi dengan belasan kerabat terdekatnya.
Pernah satu kali, kerabat laki-lakinya kembali ke rumah lama Sanaa. Tapi saat ia mengemas pakaian, Taliban datang ke rumahnya dengan beberapa kendaraan yang penuh dengan pria bersenjata, dipimpin oleh seorang komandan.
"Saya membuka pintu. Mereka bertanya, apakah ini rumah hakim," katanya.
"Waktu saya bilang, saya tidak tahu di mana orangnya, mereka melempar saya ke tangga. Satu di antaranya mereka memukul saya dengan gagang senjata, dan mulai menghajar saya. Hidung dan mulut saya sampai tertutup dengan darah,” lanjutnya.
Setelah kelompok bersenjata itu pergi, kerabat Sanaa ini segera ke rumah sakit.
"Saya bilang ke kerabat lainnya supaya kita harus begantian menyediakan tempat tinggal untuk Sanaa. Sudah tidak ada jalan keluar sekarang. Kita tak bisa melarikan diri ke negara lain, bahkan ke Pakistan,” ungkapnya.