PRANCIS - Para korban pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis telah menuntut tindakan nyata setelah publikasi laporan penyelidikan baru yang memberatkan mereka.
Menurut laporan tersebut, sejak 1950, pendeta di organisasi tersebut telah melakukan pelecehan seksual terhadap sekitar 216.000 anak - kebanyakan anak laki-laki.
Mereka yang dilecehkan menuntut kompensasi setelah masalah itu diungkapkan ke publik.
François Devaux, yang mendirikan asosiasi mantan korban La Parole Libérée (Kebebasan berbicara), mengatakan telah terjadi pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, dan pengkhianatan terhadap anak-anak.
Dia meminta ganti rugi bagi para korban. "Anda harus membayar semua kejahatan ini," katanya dua kali di atas panggung pada acara peluncuran laporan tersebut.
(Baca juga: 330.000 Anak Diperkirakan Jadi Korban Pelecehan Seks Gereja Katolik Selama 70 Tahun)
Korban selamat lainnya, Olivier Savignac, yang merupakan kepala asosiasi korban Parler et Revivre (Bicaralah dan Hidupkan lagi), menggambarkan laporan itu sebagai "gempa bumi". Dia juga menyerukan "kompensasi nyata" bagi mereka yang terkena dampak.
"Ini bukan hanya beberapa ribu euro - dengan sedikit pembayaran, kami menghapusnya. Tidak. Ini tentang kompensasi nyata berdasarkan penderitaan setiap orang,” ungkapnya.
Sekelompok asosiasi korban mengatakan mereka mengharapkan "tanggapan yang jelas dan konkret oleh Gereja" sehubungan dengan penyelidikan tersebut.
Gereja Prancis sebelumnya telah mengumumkan rencana untuk "kontribusi keuangan" kepada para korban, mulai tahun depan.
Menurut laporan itu setidaknya ada 2.900-3.200 pelaku. Jumlah anak-anak yang dilecehkan di Prancis bisa meningkat menjadi 330.000, bila memperhitungkan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota awam Gereja seperti guru di sekolah Katolik, dan juga menyerukan agar para korban diberi kompensasi.