Vulkanolog: Ancaman dari Gunung Api Adalah Guguran Kubah Lava, Bisa Hasilkan Awan Panas

Lutfia Dwi Kurniasih, Jurnalis
Senin 13 Desember 2021 08:23 WIB
Kondisi Gunung Semeru saat Awan Panas Guguran (Foto: BNPB)
Share :

JAKARTA - Bencana Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang terjadi pada Sabtu 4 Desember lalu kerap kali diberitakan sebagai bencana erupsi. Namun nyatanya bencana itu bukanlah bencana erupsi melainkan Awan Panas Guguran (APG).

Ahli Geologi dan Vulkanologi, Surono dalam Special Dialogue Okezone menegaskan hal tersebut bahwa bencana Gunung Semeru bukanlah erupsi. Erupsi merupakan aktivitas gunung api yang bahkan bisa terjadi setiap hari.

"Tergambar saat ini bahwa 'bencana erupsi gunung semeru', padahal erupsi gunung semeru tuh tiap hari. Dalam kondisi waspada ini bisa puluhan kali, belasan kali sedangkan kondisi siaga itu mungkin ratusan kali erupsi Semeru yang sama sekali tidak membahayakan," ujarnya dalam Special Dialogue Okezone.

Erupsi merupakan aktivitas gunung api yang mengeluarkan material (magma) dari bawah gunung api kemudian muncul ke permukaan bumi, mekanismenya ada dua ada yang sifatnya efusif berupa aliran lava dan ada juga yang eksplosif berupa magma yang keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan.

Sedangkan yang terjadi pada Gunung Semeru Sabtu lalu yakni adanya Awan Panas Guguran (APG).

"Gunung api membangun tubuhnya dari material erupsi. Materialnya jatuh disekitarnya, disekitar puncak, sehingga Semeru menjadi tinggi dan besar. Sedangkan ancaman sebenarnya yang terjadi dan membahayakan bagi Semeru adalah guguran kubah lava atau lidah lava yang melampar dengan luas sekitar 2,4 km². Itu yang setiap saat bisa gugur menghasilkan awal panas guguran (APG). Itu yang sebenernya bahaya sedangkan yang terdifinisi diluar adalah erupsi Semeru," tambahnya.

Dirangkum dari berbagai sumber, Awan Panas Guguran (APG) adalah peristiwa ketika suspensi dari material gunung berupa batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu massa gas vulkanik panas keluar dari gunung berapi.

Material-materialnya dapat menempuh kecepatan 100 kilometer per jam dan bergerak mengikuti lereng gunung berapi. Dari jauh aliran turbulennya akan tampak seperti awan bergulung-gulung yang turun lereng. Apabila terjadi di malam hari, penampakannya akan terlihat membara.

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya