Hovda mengatakan, menutup penyulingan miras oplosan juga tidak menjamin bakal tidak adanya tempat penyulingan baru. Justru akan lebih baik bila melacak sumber penyedia alkohol beracun itu.
Menurut dia, Kementerian Kesehatan telah membuat beberapa kemajuan dalam mengimplementasikan program untuk mengidentifikasi dan mencegah keracunan metanol dengan lebih baik, tetapi kemajuannya terhambat oleh pandemi Covid-19.
Kementerian Kesehatan menolak berkomentar terkait berita ini.
Di Desa Thnong, suasananya tidak lagi sama sejak hari pemakaman Muth. Banyak warga di sana berduka akan meninggalnya kerabat mereka.
Polisi sudah menanyai seorang perempuan yang sudah menjual arak beras di desa itu selama puluhan tahun setelah sejumlah warga mengaku membelinya dari dia. Namun perempuan itu tidak ditangkap.
Perempuan yang bernama Kolap itu dan beberapa warga lain di desa tersebut yakin arwah mereka yang meninggal itu masih gentayangan.
"Saya takut dengan hantu karena pada hari itu banyak orang yang meninggal dan ini menakutkan saya," ujarnya.
"Mereka bikin ribut di rumah saya sehingga tidak bisa tidur,” terangnya.
Hun Pheap pun punya ketakutan serupa walaupun sudah memanggil achar, yaitu orang yang memimpin acara adat tradisional - agar bisa menenangkan roh suaminya lewat suatu ritual.
Dia mengaku rindu dengan mendiang suaminya dan terkadang membayangkan mereka duduk berdua sambil menyaksikan anak-anak bermain bola voli.
Hun menyambut baik ditutupnya penjualan arak beras di desanya. Namun, bagi dia, itu sudah terlambat.
"Tanpa suami, hidupku ibarat layang-layang terbang tanpa benang," ujarnya.
"Saya marah, tapi bisa apa?,” tanyanya.
(Awaludin)