Negara-Negara Timur Tengah Terpecah Tanggapi Perang Rusia-Ukraina

Agregasi VOA, Jurnalis
Sabtu 12 Maret 2022 07:09 WIB
Ribuan mahasiswa Universitas Aleppo, Rusiah mendukung Rusia. (Foto: AFP via VOA)
Share :

POSTER raksasa Vladimir Putin bertuliskan "Kami dukung Rusia" terpampang selama beberapa jam di ibu kota Irak, sebelum diturunkan oleh pasukan keamanan. Peraturan kemudian muncul: Semua foto Putin dilarang dipasang di tempat-tempat umum.

Di Lebanon, milisi Hizbullah mengutuk kecaman pemerintah atas serangan Rusia terhadap Ukraina, dan menuntut netralitas pemerintah.

Perselisihan ini menunjukkan perpecahan mendalam terkait perang Ukraina di Timur Tengah, di mana Rusia telah memperkuat pengaruhnya dalam beberapa tahun terakhir, menjalin pertemanan dengan tokoh-tokoh negara dan non-negara sementara pengaruh Amerika di kawasan itu memudar.

Elit politik yang bersekutu erat dengan Barat berhati-hati dan tidak ingin mengasingkan Rusia atau AS dan Eropa. Tapi kekuatan lain, mulai dari faksi milisi Syiah di Irak, hingga kelompok Hizbullah di Lebanon dan pemberontak Houthi di Yaman, dengan lantang menyuarakan dukungan mereka terhadap Rusia melawan Ukraina.

Kelompok-kelompok ini dianggap sebagai pijakan Iran di tanah yang disebut "poros perlawanan" anti-AS. Putin mendapatkan dukungan mereka karena hubungannya yang erat dengan Teheran dan intervensi militer Putin dalam perang saudara di Suriah dan mendukung Presiden Bashar Assad.

Mereka melihat Putin sebagai mitra yang bisa diandalkan yang, tidak seperti Amerika, tidak pernah menghianati sekutunya. Mereka bahkan punya nama panggilan sayang untuk Putin, "Abu Ali," nama yang umum di kalangan Muslim Syiah dan menggambarkan persahabatan.

Ribuan mahasiswa di Universitas Aleppo, Suriah mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin dan invasi Rusia ke Ukraina dalam unjuk rasa di Aleppo, Kamis (10/3).

Sementara itu, pemerintah terus berhati-hati. "Irak menentang perang tapi tidak mengecamnya atau berpihak," kata analis politik Ihsan Alshamary, yang mengepalai Political Thought Think Tank di Baghdad. Irak harus netral karena mempunyai kepentingan dengan kedua pihak, Rusia dan Barat, ujarnya.

Baca juga: Rusia Sebut 16.000 Pejuang dari Timur Tengah Siap Membantu, Termasuk dari Suriah?

Ia mengatakan sekutu Iran di kawasan tersebut terang-terangan mendukung Rusia "karena mereka anti-Amerika dan anti-Barat dan percaya bahwa Rusia sekutu mereka."

Investasi Rusia di di Irak dan di daerah yang dikuasai Kurdi mencapai $14 miliar (sekitar Rp199 mliar), dan sebagian besar fokus pada sektor energi, kata Dubes Rusia Elbrus Kutrashev pada kantor berita Kurdi Irak "Rudaw" dalam wawancara baru-baru ini.

Beberapa perusahaan minyak besar yang beroperasi di negara itu adalah perusahaan Rusia seperti Lukoil, Gazprom Neft dan Rosneft.

Irak juga menjaga hubungan dekat dengan AS, tapi perusahaan-perusahaan Barat telah merencanakan keluar pelan-pelan dari sektor minyak Irak.

Langkah paling keras Irak sejauh ini adalah bank sentralnya melarang Perdana Menteri Irak untuk menandatangani kontrak dengan perusahaan-perusahaan Rusia atau membayar mereka setelah sanksi dari AS dijatuhkan. Keputusan ini hanya akan berdampak pada investasi baru Rusia di negara tersebut, tidak lebih dari itu, menurut pejabat industri Rusia.

Minggu lalu, Irak merupakan salah satu dari 35 negara yang abstain saat pemungutan suara di PBB yang menuntut Rusia menghentikan serangannya dan menarik pasukannya dari Ukraina. Lebanon ikut mengecam, sementara Suriah yang memiliki hubungan erat dengan Rusia, menolak mengecam. Iran juga abstain.

Di Lebanon, pernyataan Kementerian Luar Negeri negara tersebut yang blak-blakan, tidak seperti baisanya, mengecam invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan kemarahan Rusia, mendorong menteri luar negeri Lebanon mengklarifikasi bahwa Lebanon tidak bermaksud memihak siapapun dan akan tetap netral.

Foto yang disediakan oleh Kementerian Situasi Darurat Rusia menunjukkan kotak-kotak bantuan dari Rusia tiba lewat pesawat kargo Rusia setelah ledakan dahsyat di pelabuhan di Beirut, Lebanon, 5 Agustus 2020.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya