Citra satelit dari Maxar Technologies yang diambil pada 14 Maret lalu itu menunjukkan pemandangan udara Teater Drama Mariupol yang dibom pada 16 Maret. Kata "anak-anak" (dalam bahasa Rusia) terlihat tertulis dalam huruf putih besar yang terlihat dari atas di luar gedung
Kator berita RIA melaporkan beberapa jam setelah berita kehancuran muncul, kementerian pertahanan Rusia membantah telah melakukan serangan udara terhadap teater tersebut.
BBC tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen. Serangan udara dan peluru Rusia sebelumnya telah menghantam rumah sakit bersalin, gereja, dan menara apartemen.
Pihak berwenang setempat mengatakan sedikitnya 2.400 orang telah tewas di Mariupol sejak dimulainya perang, meskipun mereka mengakui bahwa ini mungkin perkiraan yang terlalu rendah. Banyak dari mereka yang meninggal dimakamkan di kuburan massal.
Diperkirakan 300.000 penduduk terjebak di dalam kota, ketika aliran air, listrik dan gas telah terputus. Pasokan makanan dan air hampir habis, karena pasukan Rusia tidak mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Menurut Orlov, sekitar 1.500 mobil berhasil melarikan diri dari Mariupol pada Rabu (16/3), Namun, serangan Rusia terhadap konvoi itu menyebabkan sedikitnya lima orang terluka, termasuk seorang anak.
Peter Maurer, Presiden Komite Internasional Palang Merah, menyerukan akses yang lebih baik kepada warga sipil yang terperangkap dalam perang, yang menurutnya menyebabkan "penderitaan yang luar biasa". Maurer, yang tiba di Ukraina untuk kunjungan lima hari, menggambarkan situasi di Mariupol sebagai "mimpi buruk yang terbangun".
Di tempat lain, jaksa agung negara itu mengatakan sedikitnya 10 orang yang mengantri untuk mendapatkan roti di utara kota Chernihiv tewas kibat tembakan Rusia. Rekaman yang belum diverifikasi yang dirilis oleh outlet lokal menunjukkan mayat berserakan di jalan.
(Susi Susanti)